Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#7)

9 Mei 2021   10:30 Diperbarui: 9 Mei 2021   10:52 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu info yang menarik perhatian Herdi adalah sebuah dokumen yang digagas oleh Rockefeller Foundation dengan judul "Scenarios for the Future of Technology and International Development". Dokumen ini dipublikasikan pada Mei 2010 dan disimpan di Universitas PBB di Tokyo. Dokumen itu merupakan kajian ilmiah yang melibatkan berbagai peneliti dari beberapa perguruan tinggi top Amerika seperti MIT, New York University, Ucla, Boston University, dan The George Washington University.

Dokumen ini memuat empat skenario dunia di masa depan dimana salah satunya yaitu skenario penguncian. Di bagian ini disebutkan beberapa poin yang mengejutkan karena mirip dengan kondisi dunia saat ini yang sedang dilanda pandemi. Pertama, terdapat wabah flu baru yang benar-benar mematikan. Virus baru itu merebak ke seluruh dunia menjadi pandemi. Kedua, dampak ekonominya begitu besar, industri melemah, dan rantai suplai global kacau.

Ketiga, kantor dan toko tutup tanpa pegawai dan pembeli. Keempat, Amerika terdampak sangat parah sedangkan China mengambil langkah ekstrim (karantina total) dan mampu menghentikan penyebaran virus lebih awal serta melakukan pemulihan pasca pandemi. Kelima, perintah memakai masker dan pemeriksaan suhu tubuh di tempat publik. Terakhir, kontrol negara kepada warganya bahkan setelah pandemi mereda pun tetap besar.

Meski demikian, ada beberapa prediksi dalam dokumen tersebut yang tidak terlalu tepat. Misalnya, pandemi tersebut terjadi pada 2012. Faktanya 2012 pandeminya MERS bukan pandemi C19. Kemudian, asal mulanya dari angsa liar. Sedangkan riset sejauh ini menyatakan kelelawar sebagai sumbernya. Berikutnya, mengenai istilah yang digunakan untuk karantina yang dilakukan China yaitu containment bukan lockdown.

Menelaah isi dokumen tersebut dengan seksama, memberinya perspektif lain selain penjelasan ilmiah yang sudah ia ketahui. Herdi tidak menampik dan juga tidak menerima sepenuhnya prediksi semacam itu. Menurutnya, mungkin-mungkin saja sebuah ramalan menjadi kenyataan lagipula dokumen itu merupakan kajian ilmiah dari berbagai ahli dan pakar walapun pihak tertentu menuduhnya hanyalah alibi untuk menutupi maksud sesungguhnya.

Menyusuri jalanan padat merayap seperti biasa di Senin pagi itu, sengatan panas sang mentari mulai terasa. Melalui siaran radio di mobilnya, riuh-rendah berita pandemi itu bagai bunga bermekaran di musim semi. Menambah kecamuk suasana hatinya. Ia bertanya pada dirinya, "Akan seperti apa dunia nantinya setelah terjadi pandemi ini? Akankah normal kembali? Atau malah tidak akan pernah sama lagi."

Masih segar dalam ingatannya beberapa bait kalimat dari dokumen yang sengaja ia unduh untuk memenuhi keingintahuannya. Rasa penasaran mendorongnya untuk kembali membaca bagian kontroversial dari dokumen itu saat mobilnya terhenti dikarenakan lampu merah. Ia terdiam sesaat dan tampak berpikir seraya berujar, "Apa iya akan seperti itu? Tapi dengan kecanggihan sains dan teknologi yang ada, sepertinya itu bukan suatu hal yang mustahil."

Herdi tersadar dari angannya saat bunyi klakson dari mobil di belakangnya meraung-raung menandakan lampu sudah hijau. Segera ia memacu kendaraannya sambil mengingat-ingat kembali apa yang tadi dibacanya.

"Warga dunia dengan sukarela menyerahkan sebagian kedaulatan dan privasi mereka kepada negara yang lebih paternalistik sebagai imbalan atas keselamatan dan stabilitas yang lebih besar... para pemimpin negara punya kebebasan lebih banyak dalam memaksakan perintah dengan cara yang sesuai menurut mereka ... pengawasan ini memiliki berbagai bentuk misalnya berupa biometrik ID ..."

Bagian ini kental dengan teori konspirasi. Menurut teori ini, pandemi adalah ulah dari kelompok Elit Global. Peristiwa ini merupakan bagian dari agenda besar mereka dalam rangka mewujudkan New World Order (Tatanan Dunia Baru), sebuah dunia yang ideal dalam pandangan mereka. Kaum Globalis ini yang dianggap bertanggung jawab mengendalikan dan mengatur arah dan bentuk kehidupan umat manusia di muka bumi ini.

Bagi mereka, dunia saat ini mengalami over populasi. Akibatnya muncul ketakutan mengenai ketersediaan bahan pangan yang semakin lama semakin menipis. Oleh karena itu, solusinya menurut mereka adalah mengurangi jumlah penduduk dunia. Salah satu caranya dengan memunculkan wabah penyakit. Untuk itu, dilakukanlah berbagai penelitian dan eksperimen rahasia, untuk menciptakan virus yang ganas, menular, dan mematikan. Hasilnya persis seperti yang tertulis dalam dokumen Rockefeller Foundation.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun