Mohon tunggu...
Ahmad Firyal
Ahmad Firyal Mohon Tunggu...

Santri, Ingenieur, Long-life learner

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Langit Mackerel

6 Februari 2015   00:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:45 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14231315651437800543

Deretan sempurna
Tinggi di udara
Putih bak sutera
Lembut bak karpasa
Kilauan jingga
Memarak suasana
Tegak ke langit dunia
Nikmati seketika
Sebelum ia sirna
Temani langkah bersama
Mesra seiring masa

Diantara cara untuk meminimalisir objective danger ketika kita berkegiatan outdoor adalah membaca tanda alam. Salah satunya dengan mengamati langit, kita dapat melihat bentuk awan untuk memprediksi cuaca apa yang akan terjadi atau posisi bintang untuk menentukan arah. Saya sendiri cukup sering memandangi langit, kemudian membuat hipotesa, dan mengujinya sendiri. Waktu terbaik untuk mengamati awan adalah ketika pagi atau sore hari. Kita dapat mengklasifikasikan secara sederhana. Misalnya, awan-awan yang terbang rendah baik dari cumuliform atau stratiform menandakan cuaca cerah. Sedangkan awan yang berada di ketinggian cukup tinggi (high clouds) kemungkinan besar akan menyebabkan terjadi cuaca buruk, seperti nimbostratus dan altostratus yang menimbulkan hujan. Terkadang pula disertai badai, termasuk satu-satunya awan yang dapat menciptakan petir, cumolonimbus (Cb).

Langit mackerel, begitulah para pelaut dan nelayan biasa menyebutnya. Kumpulan awan tipis dan berwarna putih tanpa bayangan, sering terlihat seperti serpihan-serpihan kecil, deretannya berupa bulatan tipis yang hampir teratur. Mirip sisik ikan kembung, ada yang mengumpamakannya seperti kumpulan bulu domba. Menandakan datangnya hari yang cerah tetapi diselingi hujan. Setidaknya dalam 36 jam berikutnya hujan dengan intensitas sedang akan turun. Perpaduan warna putih dan abu-abu menjadi tanda bahwa cuaca sedang cerah tetapi akan turun hujan. Pada umumnya, secara teoritis kita bisa menggolongkan fenomena langit makarel pada awan tipe altocumulus (Ac). Tetapi apabila berada di ketinggian yang lebih tinggi termasuk tipe cirrocumulus (Cc), sehingga waktu turunnya hujan bisa lebih lama menjadi seminggu. Berada pada ketinggian 8000 – 20000 kaki di atas permukaan bumi, awan ini bisa bertranformasi menjadi cumolonimbus jika ada pergerakan vertikal. Langit makarel bukanlah fenomena biasa, ia terbentuk dari kumpulan air kristal yang super dingin dari stratus atau cumulus. Dengan pergerakan angin yang tepat, terbentuklah formasi deretan gelombang nan menawan. Then, mackerel skies are extremely rare clouds.
Mackerel in the sky, three days dry. Never long wet, never long dry~

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun