Mohon tunggu...
Ahmad Fatch
Ahmad Fatch Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar menjadi manusia yang bermanfaat, paling tidak berbagi cerita dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kritik dan Saran, Bagaimana Kita Bersikap?

30 November 2022   21:02 Diperbarui: 1 Desember 2022   22:29 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kritik (Sumber: Pixabay)

Kritik dan Saran, Bagaimana Kita Bersikap?

Sekarang ini kita di zaman dunia tak terbatas, tidak ada dinding di antara kita dan tidak ada batas di antara kita semua mengacu pada teknologi informasi, apalagi sekarang sedang digalakkan era 4.0, di mana sudah tidak ada ruang dan waktu, di ujung barat dunia dalam satu detik, satu menit, satu jam bisa terlihat di belahan bumi bagian timur. 

Era 4.0 menyebabkan orang bisa saja mengkritik dan mendapatkan kritik atau menyarankan dan mendapat saran, semuanya serba mungkin. 

Dengan tidak adanya ruang dan waktu tidak adanya batas dinding pemisah, maka bisa jadi seseorang akan mendapatkan kritik dan saran dari orang lain.

Seorang bos atau atasan bisa mendapatkan kritik dan saran dari bawahannya. Seorang yang punya bisnis bisa mendapatkan kritik dan saran dari konsumennya, atau seorang pegawai pemerintah bisa juga mendapatkan kritik dan saran dari masyarakat. 

Semua ini bisa terjadi di era 4.0 di mana layanan publik menjadi terbuka, layanan jasa bisa menggunakan via online. Bahkan banyak unit-unit baik perusahaan, layanan pemerintah, layanan Bank dan lain sebagainya menggunakan jasa layanan via online, termasuk salah satunya adalah menerima kritik dan saran via online tersebut. 

Yang jadi persoalan dan harus kita ketahui bersama adalah Apa itu kritik serta Apa itu saran?

Dalam kamus bahasa Indonesia online yaitu www.kbbi.web.id, di sana dikatakan:

Kritik dapat diartikan sebagai kecaman atau tanggapan yang kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya atau bisa juga pendapat dan lain sebagainya. 

Sedangkan saran menurut KBBI online dapat berarti pendapat atau usul, anjuran yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. 

Dari kedua kata tersebut yaitu kritik dan saran di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia online tidak dinyatakan media apa. Apakah verbal atau tulisan atau menggunakan bahasa isyarat lain, dengan kata lain baik kritik maupun saran bisa menggunakan media tulis, suara maupun bahasa isyarat. 

Untuk menyampaikan sebuah kritikan atau saran yang akan disampaikan kepada seseorang atau lembaga atau suatu kelompok tertentu maka dapat dilakukan dengan salah satu atau tiga media tersebut. 

Yang membedakan di antara keduanya menurut KBBI adalah soal maksudnya, jika kritik bertujuan untuk mengecam atau memberikan tanggapan terhadap sesuatu yang menurut pribadi atau kelompoknya atau lembaga lain tidak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran pengkritik atau pemberi saran. 

Sedangkan saran mempunyai tujuan berupa usulan atau pendapat atau anjuran yang berfungsi ke arah hal yang positif, karena bisa jadi akan dipertimbangkan untuk menghasilkan keputusan-keputusan tertentu.

Sumber: intisari.grid.id
Sumber: intisari.grid.id

Terus bagaimana sikap kita ketika menerima kritik dan saran?

Di dalam kenyataannya banyak diantara kita dalam menerima kritik dan saran tergabung dalam 4 tipe, di antaranya: marah, cuek/acuh, menerima dengan lapang dada, dan sebagai bahan instrospeksi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati seseorang atau suatu kelompok atau suatu lembaga pada saat menerima kritikan atau saran itu mempunyai sikap tersebut di atas, kenapa?

1. Marah

Banyak di antara masyarakat atau bisa jadi kita ketika menerima kritik dan saran bersikap menjadi sangat pemarah atau emosi. 

Biasanya seseorang atau sekelompok orang atau lembaga yang punya sikap seperti ini cenderung merasa dirinya atau kelompoknya atau lembaganya merasa paling benar. 

Dirinya atau kelompoknya atau lembaganya merasa mempunyai kebenaran absolut sedangkan orang lain atau kelompok lain atau lembaga lain yang mengkritik mempunyai kesalahan dan tidak mengerti. 

Dengan merasa dirinya atau kelompoknya atau lembaganya mempunyai kebenaran absolut, maka yang timbul ketika menerima kritik dan saran mengambil sikap pemarah/emosi terhadap orang lain, kelompok lain atau lembaga lain. 

2. Cuek/Acuh

Dalam kehidupan sehari-hari ada seseorang atau kelompok atau lembaga ketika menerima kritik dan saran bersikap Acuh atau Cuek. 

Mengapa demikian?

Terkadang ada seseorang atau kelompok atau lembaga mengambil pepatah yang mengatakan, "Anjing menggonggong kafilah berlalu" yang bisa diartikan "Biarkanlah orang berbicara apa yang penting kita jalan terus."

Prinsip ini memang seolah-olah bagus, tetapi menurut pandangan yang lain Jika ini dibiarkan maka orang lain atau kelompok lain atau lembaga lain akan bersikap sebaliknya. Jika ini terjadi maka tinggal tunggu kehancurannya atau kemundurannya. 

3. Menerima dengan lapang dada

Kita kadang menjumpai seseorang atau kelompok atau lembaga, ketika menerima kritik dan saran bersikap menerima dengan lapang dada merasa senang ada yang mengkritik ada yang memberikan saran. 

Tetapi yang dimaksud menerima dengan lapang dada di sini, banyak diantara mereka memang tidak marah dan tidak cuek atau tidak acuh, mereka senang-senang saja ketika menerima kritik dan saran tetapi kritik dan saran tersebut tidak dilakukan tindakan. 

Dalam pandangan yang ketiga, orang mengkritik itu boleh-boleh saja, orang memberikan saran itu silakan saja, tetapi selama kita masih sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan, maka kita jalan sesuai aturan yang ada. Tidak mau mengubah aturan atas saran dari para pengkritik maupun pemberi saran. 

Tipe ini memang bagus, karena orang tersebut atau kelompok tersebut atau lembaga tersebut punya karakter tetapi yang menjadi persoalan ketika kritik dan saran tersebut membangun untuk kemajuan dirinya atau kelompoknya atau lembaganya dia masih jalan di tempat karena beralasan dengan aturan yang sudah ditentukan di awal tidak bisa diubah.

4. Sebagai bahan introspeksi

Kritik dan saran sebagai bahan introspeksi. Akhir-akhir ini banyak lembaga atau kelompok melakukan layanan online untuk menerima kritik dan saran artinya seseorang atau lembaga atau kelompok tersebut mau menerima kritik dan saran sebagai introspeksi diri atau kelompoknya atau lembaganya untuk mengevaluasi dirinya atau kelompoknya atau lembaganya yang selama ini berjalan. 

Tipe yang keempat ini biasanya punya pandangan progresif artinya menuju ke arah perbaikan untuk kemajuan bersama atau untuk kemajuan kelompok atau lembaganya.

Dengan berpandangan progresif untuk kemajuan dan kesuksesan dirinya atau kelompoknya atau lembaganya, maka langkah terbaik adalah menerima kritik dan saran dari orang lain atau lembaga lain atau kelompok lain untuk kemajuan. 

Biasanya orang atau kelompok atau lembaga yang berpandangan demikian mengacu sesuatu yang terbaik dan akan berjalan baik jika mendapatkan kritik dan saran dari orang lain atau lembaga lain atau kelompok lain. Kritik dan saran tersebut akan ditindaklanjuti untuk kemajuan atau evaluasi dirinya atau kelompoknya atau lembaganya. 

Bagaimana dengan kita? Apakah kita termasuk tipe yang pertama? Yaitu ketika menerima kritik dan saran merupakan orang yang selalu marah-marah, atau kita tipe yang kedua jika ada kritik dan saran kita acuh atau cuek? Atau kita menjadi tipe yang ketiga ketika mendapatkan kritik dan saran kita menerima dengan lapang dada? Senang hati? 

Tetapi tidak memperbarui secara progresif untuk kemajuan diri kita, atau kita tipe yang keempat yaitu ketika menerima kritik dan saran dijadikan sebagai bahan introspeksi diri? Evaluasi diri? Yang berpandangan jika ada orang lain mengkritik dan memberi saran, berarti ada yang sesuatu yang tidak pas di diri kita. 

Dengan demikian evaluasi diri itu akan menjadikan kita lebih maju, lebih sukses dan lebih mengerti tentang keadaan orang lain untuk mengambil sikap dan mengambil keputusan. 

Mudah-mudahan kita dapat mengambil tipe yang keempat, ketika mendapatkan kritik dan saran yaitu sebagai bahan introspeksi diri untuk ke arah yang lebih baik dan kemajuan kita bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun