Mohon tunggu...
AHMAD FAIZ  KAMALI
AHMAD FAIZ KAMALI Mohon Tunggu... Freelancer - manusia biasa yang mencoba belajar dari beberapa pengalaman

saya lahir di jombang dan sekolah di lingkungan Pondok pesantren, dimana hal itu mennguatkan saya di dalam integrasi keagamaan dalam keilmuan yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencegah Gejala Psikosomatis Pelajar Akibat Musibah Covid-19 dengan Dalil Al Quran

27 Desember 2020   15:30 Diperbarui: 27 Desember 2020   15:44 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali manusia yang tidak mau dan tidak mampu memahami, sehingga merasa dirinya hebat, tidak tertandingi dan sebagainya. Padahal semua perasaan itu muncul karena ketidakpahaman diri akan hakikat hidup ini. Manusia milenial saat ini tidak boleh menganggap enteng virus tersebut karena ia juga makhluk Allah, apalagi makhluk tersebut membawa penyakit yang memudaratkan manusia. Dan orang yang menyepelekan Covid-19.

Dampak dari pandemi Covid-19 ini menyebabkan tubuh dan keadaan mental selalu dalam keadaan ‘siaga’. Ketidakseimbangan inilah yang memunculkan gejala psikosomatis muncul sebagai reaksi untuk siap siaga dalam menghadapi ancaman terhadap tubuh. Bila keadaan ini dibiarkan terus menerus akan mengalami gejala kecemasan berlebihan bahkan dapat mengarah pada kepada stres dan depresi.

Dilansir pada web klikdokter.com bahwa “Semakin Anda cemas atau takut, semakin stres Anda, semakin banyak hormon stres diproduksi oleh tubuh, dan semakin tertekan kerja sistem imun, dan semakin besar kemungkinan Anda jatuh sakit, semakin besar risikonya bila Anda benar-benar terpapar virus corona.”

Psikosomatis hanya dapat masuk melalui jalur alam bawah sadar, dalam alam bawah sadar melalui beberapa jalur, yaitu :

  • Otoritas. Dalam hal ini segala informasi yang diberikan oleh pihak yang memiliki wewenang akan mudah diterima oleh alam bawah sadar Anda sebagai sebuah informasi yang dianggap benar.
  • Emosi. Bila Anda menerima sebuah informasi dan disertai dengan perasaan atau emosi yang intens, baik secara positif atau negatif, secara tidak sadar akan diingat oleh otak sebagai sesuatu yang penting.
  • Repetisi. Bila Anda melihat, mengulang, membaca, membicarakan, mengingat, membayangkan, mendengarkan, atau bahkan mencari sebuah informasi yang terus menerus secara otomatis akan menjadi memori yang masuk ke otak sebagai informasi yang penting.
  • Identifikasi kelompok. Hal ini terjadi saat informasi ini Anda menerima atau membenarkan hal yang telah dinilai benar oleh sekelompok orang di dalamnya. Misalnya Anda menerima informasi dari sebuah grup whatsapp yang menyatakan bahwa virus COVID-19 menyebar melalui cairan yang terkena oleh kulit kita. Hal ini akan diingat pula oleh otak sebagai informasi yang penting.
  • Relaksasi pikiran. Hal ini terjadi saat pikiran rileks, sore atau malam hari saat mau tidur, atau pagi hari saat baru bangun tidur, saat kita membaca, mendengar, menonton tayangan atau informasi tertentu, Anda langsung menerima informasi ini sebagai informasi yang penting tanpa disaring oleh faktor kritis pikiran sadar

Dari beberapa pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlunya adalnya solusi dalam menanggulangi pandemi Covid-19, yaitu mengelola stress melalui Mete-Level Reflection.

Mete-Level Reflection merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan refleksi terhadap apa yang terjadi dan menjadikan acuan untuk rencana ke depan. Meta Level Reflection itu seperti seseorang yang bercermin di depan cermin, take perlu bantuan orang lain untuk mengetahui kekurangan diri.

Biasanya orang yang memiliki Meta Reflection tinggi lebih mudah melihat kekurangan diri dan punya pola pikir berkembang (Growth Mindset). Sementara yang lemah meta level reflection-nya cenderung merasa benar dan menganggap orang lain salah (Fix Mindset). Orang yang punya MLR tinggi akan mampu belajar dari dirinya, dari orang lain bahkan dari lingkungan tempat dia tinggal, karena terus belajar, maka selau merasa diri berkekurangan dan tidak mudah merendahkan orang lain.

Virus Corona ini menjadi bahan renungan bersama akan lemahnya kemampuan manusia dan betapa agungnya Allah Swt. Betapa manusia yang congkak dengan segala kemajuannya tidak berdaya saat menghadapi satu makhluk super kecil yang bernama Corona. Kita belajar tidak menjadi orang yang sombong, lupa daratan dan memandang orang lain dengan pandangan remeh. Allah Swt tidak segan untuk membuat perumpamaan dari makhluk yang lebih kecil daripada nyamuk, supaya manusia mengambil pelajaran dari perumpamaan tersebut.

Maka seyogyanya kita merefleksikan diri dan insaf. Hadapi semua fenomena dengan usaha yang penuh dan hati yang tenang, sejatinya kenikmatan atau bencana, semuanya adalah baik bagi umat Islam. Seperti yang dikagumi oleh Rasulullah Saw terhadap umat Islam

Selain itu dalam surat Ali ‘Imron ayat 139 :

وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun