Kita hidup di zaman ketika segalanya bisa direkam, dibagikan, dan dinilai. Dunia maya telah menjadi panggung besar tempat setiap orang berperan sebagai aktor dalam versi terbaik dirinya. Namun, di balik layar ponsel yang menyala, banyak dari kita kehilangan sesuatu yang paling penting---keaslian.
Di media sosial, kita berlomba-lomba terlihat bahagia, sukses, dan sempurna. Tidak jarang, kebahagiaan itu hanyalah hasil editan dari kenyataan yang tidak seindah tampilan di layar. Manusia modern lebih takut terlihat gagal daripada benar-benar gagal. Kita menata hidup agar tampak ideal di mata orang lain, bukan agar terasa damai di hati sendiri.
Fenomena ini melahirkan generasi yang pandai berpura-pura. Unggahan foto bukan lagi tentang berbagi cerita, melainkan menjaga citra. Semakin banyak filter, semakin jauh kita dari diri sendiri. Padahal, yang membuat manusia berharga bukan kesempurnaan, melainkan kejujurannya untuk menjadi apa adanya.
Krisis keaslian ini tidak hanya memengaruhi cara kita berinteraksi, tapi juga cara kita memaknai kebahagiaan. Kita menilai diri dari jumlah suka dan komentar, bukan dari ketenangan batin. Akibatnya, muncul perasaan hampa meski terlihat bahagia di dunia maya. Hidup menjadi performa tanpa jeda, dan kita lupa caranya hadir sepenuhnya di dunia nyata.
Sudut pandang baru yang perlu kita sadari adalah bahwa dunia digital tidak salah. Media sosial hanyalah alat; kitalah yang menentukan bagaimana menggunakannya. Saat kita mulai berhenti mencari validasi dan mulai berbagi dengan kejujuran, media sosial bisa menjadi ruang untuk tumbuh, bukan tempat untuk membandingkan.
Menjadi asli di era digital memang sulit, tapi bukan mustahil. Keberanian untuk menjadi diri sendiri justru akan membuat kita lebih merdeka. Di tengah arus pencitraan yang deras, kejujuran adalah bentuk perlawanan yang paling elegan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI