Di tengah gempuran teknologi, media sosial menjadi ruang yang nyaris tak terpisahkan dari kehidupan kita. Ia menghubungkan manusia lintas jarak, memudahkan pertukaran informasi, sekaligus menjadi panggung untuk menunjukkan identitas. Namun, di balik kemudahan itu, diam-diam ada fenomena yang menggerus, yaitu kita kehilangan diri sendiri.
Setiap hari, kita berlomba memoles citra di layar kaca. Mengatur sudut foto, memilih kata, hingga menyaring kehidupan agar terlihat sempurna. Tanpa sadar, kita mulai menilai diri bukan dari siapa kita sebenarnya, tetapi dari seberapa banyak tanda suka dan komentar yang datang. Validasi digital menjadi candu yang membuat kita lupa makna nilai diri yang sejati.
Ironisnya, dunia maya yang semula menjadi ruang ekspresi justru sering menjadi ruang perbandingan. Kita mengukur kebahagiaan dari potongan momen orang lain yang tampak indah, tanpa melihat realitas yang mereka sembunyikan. Hidup menjadi ajang pamer, bukan perjalanan yang kita nikmati.
Sudah saatnya kita menata ulang hubungan dengan media sosial. Menggunakannya sebagai alat, bukan sebagai penguasa pikiran dan perasaan. Karena identitas tidak dibangun dari jumlah pengikut, melainkan dari konsistensi kita menjalani hidup dengan nilai yang diyakini. Di era digital ini, menemukan kembali diri sendiri adalah keberanian yang paling mewah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI