Mohon tunggu...
Ahmad Aunullah
Ahmad Aunullah Mohon Tunggu... Konsultan - Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang tidak suka berada indoor terlalu lama. Berkantor di Lombok, bertempat tinggal kebanyakaan di laut.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pariwisata itu Tidak Baku

3 Februari 2021   07:12 Diperbarui: 3 Februari 2021   07:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akan tetapi dinamis dalam pariwisata tidak hanya dalam hal pelayanan saja melainkan juga dari destinasi wisata itu sendiri, layaknya sebuah daerah yang menuntut sebuah pembangunan.

Jika sebuah pulau yang indah namun dari tahun ke tahun tidak ada perubahan, maka tidaklah mustahil para pelancong hanya sekali mengunjungi pulau tersebut karena menganggap bahwa mereka sudah mengeskplor semua yang ada di pulau tersebut, there is nothing new !

Tidak adanya penerapan island branding sebagai pembeda dari pulau-pulau yang kita miliki, bisa jadi menjadi salah satu penyebabnya sehingga banyak dari wisatawan yang memiliki anggapan bahwa semua pulau di Indonesia sama hanya berupa pasir, pantai dan matahari.

Itu hanya satu contoh perkembangan yang sebaiknya dilakukan oleh sebuah destinasi selain dari menonjolkan kelokalan masing-masing daerah yang kita lihat masing jarang terlihat di beberapa destinasi wisata dimana cenderung memfokuskan pada spot wisata yang sedang viral.

Dari sisi layanan, adakalanya ketika pergi ke gili bila kepala penat di akhir pekan, saya melihat ada turis wanita yang menangis karena dia telah membayar tiket fast ferry pada resepsionis hotel tempat dia menginap namun ketika waktu keberangkatan, voucher dia yang diberikan oleh hitel tidak berlaku karena pihak hotel lupa melakukan booking pada pihak fast ferry.

Kemana wisatawan itu harus mengadu dikala menulis keluhan di platform daring tidaklah mengakhiri dari sebuah pelayaan yang kurang baik dari para pelaku wisata yang jarang sekali di monitor dan di evaluasi.

Atau sikap teritorial pada wisata  yang masih dilakukan oleh beberapa orang lokal yang hanya membolehkan wisatawan menggunakan jasa transportasi dari masyarakat sekitar saat kita turun dari kapal atau pesawat.

Atau kurangnya pilihan maskapai di Indonesia dan kurangnya penerbangan langsung ke destinasi wisata di Indonesia dari negara-negara yang meng ekspor wisatawannya ke Indonesia, padahal ada berita yang mengatakan kita kelebihan bandara Internasional.

Belum lagi kebiasaan yang masih belum berubah dari beberapa orang ketika kita melihat kurangnya kedisiplinan awak dari kapal-kapal yang menuju ke pulau-pulau, disamping aspek keselamatan dengan memahami etika berlalu lintas di laut yang harus berkomunikasi dengan kapal lain bila akan bertemu pada satu titik dari arah yang berbeda, namun itu semua itu tidak digubris.

Kedisipilinan juga terkadang berasal dari pelancongnya sendiri karena kurangnya kepekaan terhadap keselamatannya sendiri ketika naik kapal ang tidak ada perlengkapan keselamatannya seperti life jacket dan sebagainya.

Hal-hal tersebut tidaklah masuk dalam pembahasan dari workshop yang saya ikuti ketika itu, hal yang saya dapatkan hanya bersifat akademis seperti bagaimana caranya melayani tamu dengan baik, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun