Sabar dan tawakal yang mendalam: menyerahkan hasil adalah fondasi moral akademik. Ia mengajarkan lima pilar penting: kesadaran keterbatasan, kesabaran, integritas, keikhlasan, dan ketenangan. Bagi dosen, tawakal berarti mengajar dengan sungguh-sungguh lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah, bukan mencari gratifikasi. Bagi mahasiswa, tawakal berarti belajar keras lalu menerima hasil dengan lapang dada. Bagi lembaga, tawakal berarti berani menegakkan aturan demi marwah institusi. Rekomendasinya, perguruan tinggi perlu memperkuat literasi etika, memberi sosialisasi anti-gratifikasi, serta membangun community of practice berbasis integritas sehingga budaya tawakal tidak berhenti di ruang pribadi, melainkan menjadi kekuatan kolektif. Community of Practice (CoP) atau Komunitas Praktik adalah kelompok orang yang memiliki minat, keahlian, atau bidang pekerjaan yang sama, yang berinteraksi secara teratur untuk berbagi pengetahuan, belajar bersama, memecahkan masalah, dan mendorong inovasi dalam domain mereka. CoP bisa bersifat formal atau informal, dan anggotanya bertukar pengalaman, praktik terbaik, dan bahkan kegagalan untuk mengembangkan kompetensi dan berkontribusi pada tujuan bersama. Ada yang inisitip, bukan malah dicerca ?
Tawakal bukan sekadar pasrah dan keterpaksaan, melainkan seni menenangkan hati setelah usaha maksimal. Ia menumbuhkan keberanian menolak gratifikasi, kesabaran dalam proses, dan keikhlasan menerima hasil. Dengan tawakal, dunia akademik akan bersih, bermartabat, dan mendapat keberkahan. Sebab, hasil sejati bukan hanya nilai di kertas, tetapi ridha Allah yang abadi.Â
Wallahu A'lam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI