Mohon tunggu...
Faiz Muzaki
Faiz Muzaki Mohon Tunggu... Guru - Hanya sebutir debu di antara milyaran debu yang ada di dunia

Mahasiswa resmi di UIN Jakarta sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengkhiatan Intelektual

6 Februari 2020   21:15 Diperbarui: 6 Februari 2020   21:33 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: averageyouthministry.com

Prinsip-prinsip ini mencakupi peranan mahasiswa dalam ikut serta menenetukan arah dan tujuan suatu tatanan kehidupan dan peradaban yang lebih baik dan maju. Salah satu prinsipnya, yakni dengan senantiasa menjaga marwah atau kharisma sebagai mahasiswa yang memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni. 

Sebagai seorang intelektual, mereka dituntut untuk senantiasa mengembangkan diri (self development) maupun kehidupan bangsanya ke arah yang lebih maju. Mereka digembleng dan diberikan nilai-nilai serta tauladan yang baik di dalam maupun luar kelas melalui berbagai perkuliahan, pelatihan atau kegiatan yang positif nan produktif. 

Diharapkan dengan semuanya itu mereka dapat menjalankan perannya kelak ketika mengarungi kehidupan nyata di luar kampus yang jauh lebih kompleks atau paling tidak ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Senantiasa aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan yang menyangkut khalayak ramai dan ikut berkontribusi terhadap kemajuan dalam mengembangkan usaha-usaha kemasyarakatan yang bertaraf tinggi. Hal tersebut merupakan tujuan dari dibentuknya karakter mahasiswa yang idealis, humanis, serta berwawasan luas.

Dalam menghadapi berbagai problematika masyarakat, hendaknya mahasiswa menjadi garda terdepan atau minimal dalam membantu untuk menemukan jalan keluarnya (a solutive human being). Mereka tidak boleh bersikap acuh tak acuh, apalagi berdiam diri tanpa tahu harus berbuat apa. 

Di sini, mahasiswa harus selalu mengedepankan aspek komunal ketimbang privat. Mereka harus sadar betul bahwa sebagai seorang intelektual sudah seyogianya melakukan hal-hal yang demikian. 

Jika tidak, maka gelar intelektual yang senantiasa melekat pada peranannya hanyalah sebagai slogan belaka dan kosong akan makna. Percuma saja, ketika kita terlalu euforia terhadap sesuatu yang dianggap agung, katakanlah sebutan intelektual (pada diri kita sebagai mahasiswa) yang sebenarnya hal itu yang didapat justru tidak lebih hanya sekadar kesia-sian saja, hampa tak bernyawa.

Oleh sebab itu, jika kita merenungi siapa dan untuk apa kita sebagai mahasiswa, maka jawaban yang paling substansial adalah sebagai makhluk intelektual yang sangat berperan dan menentukan arah serta nasib suatu bangsa. Kemajuan atau kemunduran suatu bangsa ditentukan oleh ke-intelektual-an mahasiswanya itu sendiri. 

Kendati demikian, jika kita masih bersikap seolah-olah kita adalah makhluk yang berintelektual tinggi tanpa ada kemauan untuk melakukan suatu gerakan atau aksi, atau paling tidak ikut berkontribusi maka hal ini merupakan suatu upaya pengkhianatan terhadap ke-intelektual-an (betrayal of intellectuals) mahasiswa yang tidak kurang memalukan daripada seorang pecundang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun