Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Konsistensi dalam Pengembangan Talenta Muda Menuju Era Demografi 2030

26 Mei 2024   21:00 Diperbarui: 26 Mei 2024   21:35 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: SINDO NEWS; tersedia sindonews.com

Pentingnya Konsistensi dalam Pengembangan Talenta Muda Menuju Era Demografi 2030

 "Inkonsisten Ternyata Sikap Buruk yang Berdampak Hingga Akhirat"

Oleh: Ahmad Rusdiana

Indonesia akan memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, sebuah periode ketika jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai puncaknya dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non-produktif. Bonus demografi ini menawarkan peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

Namun, untuk memanfaatkan potensi ini, pengembangan talenta muda menjadi kunci utama. Salah satu tantangan besar dalam pengembangan talenta muda adalah inkonsistensi. 


Kondisi itu akan memberi kecenderungan mudah ingkar janji dan tidak istiqamah (Abah, 2024), dalam kebijakan dan perilaku pendidikan. Artikel ini akan membahas tiga aspek utama dari Hukum Toxic Inconsistency menurut Glas (1995) dan bagaimana mengatasi inkonsistensi tersebut untuk memaksimalkan potensi talenta muda Indonesia. Yu kita breakdown, satu persatu:

Pertama: Inkonsistensi dalam Disiplin dan Evaluasi; Inkonsistensi dalam penerapan disiplin dan evaluasi dapat menciptakan ketidakpastian di kalangan siswa. Ketika aturan disiplin berubah-ubah atau standar evaluasi tidak diterapkan secara konsisten, siswa akan merasa bingung dan tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka. Hal ini dapat menghambat motivasi belajar dan perkembangan talenta mereka. 

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi institusi pendidikan untuk menetapkan kebijakan disiplin yang jelas dan konsisten serta memastikan bahwa semua guru memahami dan menerapkannya dengan tegas. Pelatihan rutin untuk guru mengenai pentingnya konsistensi dalam disiplin dan evaluasi juga diperlukan.

Kedua: Inkonsistensi dalam Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) SOP yang tidak diterapkan secara konsisten dapat menurunkan kualitas pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar yang tidak stabil. 

Misalnya, jika SOP terkait penilaian atau kegiatan ekstrakurikuler tidak diterapkan dengan sama di semua kelas atau sekolah, siswa akan mengalami perlakuan yang berbeda-beda yang dapat merugikan mereka. Untuk mengatasi inkonsistensi ini, lembaga pendidikan harus memastikan bahwa semua SOP diterapkan secara seragam di seluruh unit. Pengawasan dan evaluasi berkala oleh pihak manajemen pendidikan juga penting untuk memastikan bahwa SOP diimplementasikan dengan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun