Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajaran Dari Kemunduran Budi Utomo: Membangun Talenta Muda Yang Unggul Menuju Visi 2045

21 Mei 2024   12:54 Diperbarui: 21 Mei 2024   13:25 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Serba Sejarah  Tersedia di https://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/13

Pelajaran Dari Kenunduran Budi Utomo: Membagun Talenta Muda  Yang Unggul Menju Visi 2045

Oleh: Ahmad Rusdian

Masa-masa kepemimpinan Budi Utomo tanpa memasuki bidang politik berlangsung selama periode 1908-1926, sebelum kepulangan Soetomo dari Belanda. Sepulangnya Soetomo, dia mendirikan organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang merupakan partai yang dia ketuai. PBI merupakan organisasi yang dia dirikan pada tanggal 16 Oktober 1930 untuk menggantikan Indonesische Studieclub (ISC) sebagai organisasi politik. ISC sendiri didirikan pada tanggal 1 Juli 1924 yang beranggotakan para cendekiawan untuk memberikan pengajaran membentuk usaha bagi masyarakat seperti sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. (Muljana, Slamet, 2008),

Karena perkembangan organsasi ini hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura serta mulai berkembangnya organisasi seperti Sarekat Islam yang mencakup keanggotaan tanpa ada batasan wilayah, Budi Utomo pun mengalami kemunduran. Komisi Budi Utomo PBI pun dibentuk pada bulan Januari 1934 dan menghasilkan kesepakatan untuk meleburkan diri. Proses peleburan terjadi pada Kongres Budi Utomo tanggal 24-26 Desember 1935 diSolo. Akhirnya, Budi Utomo bergabung dengan pergerakan lainnya dan membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra). (Alhidayath, 2021).

Kemunduran organisasi Budi Utomo pada awal abad ke-20 memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia yang sedang menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030. Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, generasi muda harus memiliki daya saing dan unggul dalam berbagai bidang.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mundurnya Budi Utomo. Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial, Sugiharsono, dkk (2008:74), pada tanggal 20 Mei 1908, para mahasiswa STOVIA memproklamasikan berdirinya Budi Utomo. Pada kesempatan itu, Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya. Berdirinya Budi Utomo sebagai organisasi pemuda pertama di Indonesia menjadi tonggak kebangtkitan nasional. Perjuangan rakyat Indonesia pun berubah sejak saat itu, yaitu dari yang bersifat kedaerahan dan hanya berisi perperangan menjadi bersifat nasional dan juga berisi diplomasi. Sayangnya, Budi Utomo mengalami kemunduran hingga akhirnya bergabung dengan organisasi lain pada tahun 1935. Berdasar pada kajian Sugiharsono, dkk (2008) dan Marwati Djoened. (2019). Dari dua kajiah ahli terseduu, ditemukan ada lima penyebab kemunduran Budi Utomo, serta kaitannya dengan upaya mencapai tujuan tersebut:

Pertama: Konflik Internal: Konflik internal yang terjadi dalam organisasi Budi Utomo menyebabkan perpecahan dan melemahkan daya juang mereka. Ini menunjukkan pentingnya solidaritas dan kerja sama yang kuat dalam suatu organisasi. Dalam konteks bonus demografi, Indonesia harus memastikan bahwa generasi muda dapat bekerja sama dengan baik, mengesampingkan perbedaan, dan bersatu dalam mencapai tujuan bersama. Program Manajemen Talenta Nasional dapat membantu mengembangkan kemampuan bekerja dalam tim dan kepemimpinan yang inklusif di kalangan generasi muda. 

Kedua: Munculnya Organisasi Lain: Munculnya organisasi lain seperti Sarekat Islam yang memiliki cakupan lebih luas menyebabkan menurunnya pengaruh Budi Utomo. Hal ini menekankan pentingnya adaptasi dan inovasi untuk tetap relevan. Generasi muda Indonesia harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan menciptakan inovasi yang bisa bersaing di tingkat global. Rasa ingin tahu (curiosity) yang ditanamkan dalam Manajemen Talenta Nasional dapat mendorong mereka untuk terus mencari pengetahuan baru dan berinovasi.

Ketiga: Tekanan Belanda: Tekanan dari pemerintah kolonial Belanda menjadi salah satu faktor yang melemahkan Budi Utomo. Ini menunjukkan pentingnya ketahanan dan kemampuan untuk menghadapi tekanan eksternal. Generasi muda harus dibekali dengan integritas dan etos kerja yang tinggi agar mampu bertahan dan tetap berjuang dalam menghadapi berbagai tantangan global. Program-program yang mengembangkan karakter ini akan sangat penting untuk menciptakan generasi yang tangguh dan tidak mudah menyerah. 

Keempat: Kurang Mengutamakan Kepentingan Umum: Kurangnya fokus Budi Utomo pada kepentingan umum membuat mereka kehilangan dukungan masyarakat. Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, generasi muda harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kepentingan umum dan keinginan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Gotong royong, sebagai salah satu karakteristik yang dikembangkan dalam Manajemen Talenta Nasional, akan mendorong mereka untuk bekerja sama demi kepentingan bersama dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun