Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menhadapi Tantangan VUC Society 5.0: Pesan Inspiratif untuk Para Guru Mileneal

14 Mei 2024   04:20 Diperbarui: 14 Mei 2024   05:34 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Hilmi Fawwaz, tersedia di https://www.google.com/search?client

Menghadapi Tantangan VUCA Society 5.0: Pesan Inspiratif untuk Para Guru Milenial

Tatantangan Guru Profesional Menyiapkan Peserat Didik Di Era Society 5.0

Oleh: Ahmad Rusdina

Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini. Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul. Era super smart society (society 5.0) sendiri diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 2019, yang dibuat sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0, yang menyebabkan ketidakpastian yang kompleks dan ambigu (VUCA). Dikhawatirkan invansi tersebut dapat menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan yang dipertahankan selama ini.  

Apa itu VUCA dalam Konteks Pendidik Profesional; Dalam bahasa Inggris, VUCA adalah singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Bisa diartikan bahwa VUCA merupakan gabungan situasi, mulai dari volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas). Istilah VUCA sendiri berasal dari teori kepemimpinan yang berkembang dalam pelatihan United State Army War College. Teori tersebut pertama kali dijelaskan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus pada 1987. Dalam hal ini VUCA sendiri menjadi gambaran untuk menunjukkan kondisi yang terjadi usai perang dingin. Konsep VUCA ini pun berkembang hingga ke perusahaan, ekonomi dan bisnis, sampai pada dunia pendidikan.

Dalam menghadapi tantangan VUCA dalam konteks pendidikan di era Society 5.0, guru profesional harus mempersiapkan diri dengan solusi yang dapat mengatasi volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas yang terjadi. Berikut adalah tiga solusi yang harus ditempuh dan dihadapi oleh guru dalam menghadapi kondisi VUCA, terkait dengan implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar:

Pertama: Penguatan Keterampilan Belajar Abad ke-21: Keterampilan abad ke-21 menjadi krusial dalam menghadapi perubahan VUCA. Guru perlu memastikan bahwa siswa dilengkapi dengan keterampilan seperti pemecahan masalah, kreativitas, kritis berpikir, kolaborasi, komunikasi, literasi digital, dan literasi emosional. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan ini melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, proyek berbasis, dan pengalaman belajar yang terintegrasi dengan dunia nyata. Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar memberikan kesempatan bagi guru untuk mengadaptasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, sehingga meningkatkan relevansi pembelajaran dengan dunia nyata.

Kedua: Pengembangan Kecerdasan Buatan (AI) dalam Pembelajaran: Pemanfaatan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), dapat membantu guru mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian dalam mengelola pembelajaran. Guru dapat menggunakan AI untuk menganalisis data siswa secara individual, memberikan umpan balik yang personal, dan merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar setiap siswa. Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk membantu guru dalam merencanakan kurikulum yang responsif terhadap perubahan lingkungan dan memprediksi tren pembelajaran di masa depan. Namun, guru perlu memastikan bahwa penggunaan AI dalam pembelajaran tetap mengutamakan aspek kemanusiaan, seperti pengembangan empati dan koneksi antarmanusia.

Ketiga: Penguatan Keterlibatan Komunitas dan Kolaborasi Antarlembaga: Dalam menghadapi ambiguitas dan volatilitas dalam lingkungan pendidikan, kolaborasi antarlembaga pendidikan dan keterlibatan komunitas menjadi penting. Guru perlu bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti orang tua, industri, organisasi non-pemerintah, dan institusi pendidikan lainnya, untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung perkembangan siswa secara holistik. Kolaborasi antarlembaga dapat memperluas sumber daya dan kesempatan belajar siswa, sementara keterlibatan komunitas dapat meningkatkan relevansi pembelajaran dengan kebutuhan lokal dan global. Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar memberikan ruang bagi guru untuk menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan mengintegrasikan sumber daya eksternal ke dalam proses pembelajaran.

Dengan mengimplementasikan solusi-solusi ini, guru profesional dapat menghadapi tantangan VUCA dalam konteks pendidikan di era Society 5.0. Meningkatkan keterampilan belajar abad ke-21, memanfaatkan teknologi AI secara bijaksana, dan memperkuat kolaborasi antarlembaga dan keterlibatan komunitas akan membantu guru dalam mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh dan siap menghadapi perubahan yang kompleks dan dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun