Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka: Fondasi Unggul Menuju Indonesia Emas 2045

13 Mei 2024   08:37 Diperbarui: 13 Mei 2024   08:39 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Guru Belajar, Kemendikbud 2020, tersedia di https://www.khairul-imam.sch.id/berita/detail/143801/

Sumber: Guru Belajar, Kemendikbud 2020, tersedia di https://www.khairul-imam.sch.id/berita/detail/143801/

Guru Profesioal ke 21

Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka: Fondasi Pendidikan Unggul Menuju Indonesia Emas 2045:

Oleh: Ahmad Rusdiana

Kurikulum Merdeka dikembangkan berdasarkan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam bidang-bidang yang ditentukan. Pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan pengukuran kemampuan atau kompetensi siswa dalam menguasai berbagai keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang relevan dengan tujuan pembelajaran tertentu. Pada pendekatan ini, fokus utama adalah pada hasil yang dicapai oleh siswa dan bagaimana siswa dapat menunjukkan bahwa mereka telah mencapai kompetensi yang ditetapkan.  Implementasi kurikulum ini telah dimulai pada tahun 2021 di seluruh sekolah di Indonesia, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah. Namun, terdapat beberapa kritik terhadap kurikulum ini, diantaranya adalah: terlalu banyak kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kurikulum yang terlalu teoritis, dan kurangnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia.

Implementasi Kurikulum Merdeka tidak terlepas dari kritik yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa kritik tersebut diantaranya adalah: terlalu banyak kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kurikulum yang terlalu teoritis, dan kurangnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia.


Meskipun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan beberapa langkah untuk mengatasi kritik tersebut, diantaranya adalah dengan memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menerapkan kurikulum ini, serta memberikan dukungan dan pelatihan bagi guru agar mampu mengajarkan kurikulum ini dengan lebih baik.

Dalam konteks guru profesional dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi menjadi sangat relevan dan penting. Mari kita kembangkan pembahasannya dari enam model pendekatan tersebut: Pertama: Penekanan pada hasil: Guru profesional dalam Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar memahami bahwa tujuan utama pembelajaran adalah untuk mengembangkan kompetensi tertentu pada siswa. Mereka tidak hanya fokus pada pengetahuan, tetapi juga pada keterampilan praktis, pemahaman, dan sikap yang relevan dengan konteks pembelajaran. Guru harus memastikan bahwa setiap aspek kompetensi tersebut terintegrasi dengan baik dalam rencana pembelajaran mereka.

Kedua: Pengukuran kemampuan: Guru profesional menggunakan metode penilaian yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi. Mereka tidak hanya mengukur pemahaman siswa terhadap fakta, tetapi juga kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata. Guru harus memilih atau merancang instrumen penilaian yang dapat mengukur sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang diharapkan.

Ketiga: Pembelajaran berpusat pada siswa: Guru profesional memahami bahwa pembelajaran berbasis kompetensi memerlukan peran aktif dari siswa. Oleh karena itu, mereka bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing dalam proses pembelajaran, memberi kesempatan bagi siswa untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Guru harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran.

Keempat:Fleksibilitas dan individualisasi: Guru profesional mengakui bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan dan tingkat kemajuan yang berbeda. Dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, mereka menggunakan pendekatan yang fleksibel dan individualisasi untuk memenuhi kebutuhan unik setiap siswa. Guru harus dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar individu siswa dan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai untuk membantu mereka mencapai kompetensi yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun