Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Tri-N KHD: Tantangan Baru, Inspirasi Abadi untuk Membimbing Generasi Era Pendidikan Modern

10 Mei 2024   20:22 Diperbarui: 10 Mei 2024   20:34 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok. RB Tresna Bhakti Dimodifikasi  dariStage 3N Model Figure 2 shows that the stages in the 3N

Konsep Tri-N KHD: Tantangan Baru, Inspirasi Abadi untuk Membimbing Generasi Milenial dalam Era Pendidikan Modern

Belajar "Eksplorasi Pedoman Operasional Praktis 7-Tri-Ki Hadjar Dewantara"  Bagian IX

Oleh: Ahmad Rusdiana

Menjadi teladan berarti menjadi panutan yang menjadi asal mula dari tiga tahapan dalam gagasan Ki Hajar Dewantara tersebut. Konsep gagasan Tri-N adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Konsep gagasan Tri-N adalah sebuah gagasan yang bila dibunyikan secara lengkap adalah, niteni, nirokke, nambahi (Wiryopranoto, Herlina, Marihandono, Tangkilisan, & Tim Museum Kebangkitan Nasional, 2017). Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia ni teni berarti mencermati, nirokke berarti menirukan, dan nambahi memiliki arti menambahkan. 

Gagasan ini banyak digunakan di dunia pendidikan dan dikenal sebagai pedoman belajar yang sangat bagus dari pemikiran seorang Indonesia asli. Gagasan Ki Hajar Dewantara banyak bersinggungan dengan budaya jawa. Konsep niteni, nirokke dan nambahi tersirat makna bahwa dalam proses tersebut ada model yang dijadikan acuan dan pedoman. Keteladanan dilakukan dengan memberikan contoh. Mashari dan Qomariana (2016) menyampaikan gagasannya bahwa keteladanan harusnya diberikan dari lapisan atas ke lapisan bawah atau masyarakat.

Sibyan (2019) mengungkapkan bahwa proses ini terjadi secara berjenjang dan berurutan (sistematis) serta tidak terjadi secara terpisah dan acak. Dengan demikian, Niteni, nirokke, dan nambahi adalah sebuah prosedur yang tiap tahap awalnya menjadi pijakan untuk masuk pada tahapan berikutnya. Gagasan Tri-N juga digunakan dalam pengembangan buku ajar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2019) ditemukan bahwa konsep ini dapat ditelusuri dan diimplemantasikan dalam buku teks bahasa Indonesia SMP.

Pemikiran Tri N yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara menjadi semakin relevan dalam konteks pendidikan saat ini, terutama dengan diterapkannya konsep Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar. Dalam mengembangkan pembahasan ini, kita dapat mengeksplorasi bagaimana konsep Tri N ini dapat diimplementasikan dalam Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam memilih dan mengatur proses pembelajaran mereka sendiri.

Pertama-tama, mari kita tinjau konsep niteni. Niteni, yang berarti memperhatikan dan mengamati dengan menggunakan panca indera, dapat diterjemahkan dalam konteks Kurikulum Merdeka sebagai kemampuan peserta didik untuk memilih sumber belajar yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang mereka anggap paling efektif, mereka dapat lebih aktif dalam memperhatikan dan mengamati materi pembelajaran. Misalnya, seorang siswa yang tertarik pada ilmu alam dapat memilih untuk mempelajari konsep-konsep ilmu alam melalui eksperimen praktis di laboratorium atau melalui observasi langsung di alam.

Kedua, konsep nirokke, yang melibatkan tindakan meniru, mencontoh, dan mengimplementasikan pengetahuan, dapat diinterpretasikan dalam Kurikulum Merdeka sebagai kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dalam konteks nyata. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri, Kurikulum Merdeka mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi mereka dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, seorang siswa yang belajar tentang konsep matematika dapat diberikan tugas untuk menyelesaikan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan mereka sendiri, sehingga mereka dapat melihat aplikasi langsung dari apa yang mereka pelajari.

Terakhir, konsep nambahi, yang melibatkan pengembangan, modifikasi, dan penambahan pengetahuan, dapat diinterpretasikan dalam Kurikulum Merdeka sebagai kemampuan siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri melalui eksplorasi dan penemuan. Dengan memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri melalui proyek-proyek penelitian atau karya-karya kreatif, Kurikulum Merdeka dapat membantu siswa untuk memperluas pandangan mereka tentang dunia dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Misalnya, seorang siswa dapat diberikan tugas untuk melakukan proyek penelitian tentang isu lingkungan di komunitas mereka, di mana mereka perlu mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan.

Dengan menerapkan konsep Tri N dalam Konteks Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, pendidikan dapat menjadi lebih inklusif, menarik, dan relevan bagi semua peserta didik. Peserta didik diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri, sementara tetap mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil dalam masyarakat yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat. Melalui pendekatan ini, pendidikan dapat menjadi lebih dari sekadar pemberian informasi, tetapi juga menjadi proses pembelajaran yang memungkinkan setiap individu untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya. Wallahu A'lam Bishowab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun