Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya mahasiswa semester 07 prodi PIAUD fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo. Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Merajut Budaya Lewat AI: Inovasi Pembelajaran Bermakna di PAUD

27 September 2025   06:33 Diperbarui: 27 September 2025   07:01 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi digital saat ini membawa pengaruh besar pada kehidupan, termasuk pendidikan anak usia dini. Anak-anak kelompok bermain usia 3-4 tahun telah akrab dengan gawai, namun penggunaannya cenderung pasif, seperti menonton video atau bermain game. Kondisi ini menimbulkan keresahan bagi orang tua karena berdampak pada interaksi sosial, emosi, bahkan risiko kecanduan. Padahal, menurut Piaget (1952), anak usia dini berada pada tahap praoperasional di mana mereka belajar paling baik melalui eksplorasi aktif, bukan hanya menerima rangsangan pasif. Hal ini sejalan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara (2011) bahwa "anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, dan pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya kodrat itu." Oleh karena itu, guru PAUD memiliki peran penting untuk menghadirkan pembelajaran yang kreatif, kontekstual, dan sesuai perkembangan anak.

Selain tantangan penggunaan gawai, terdapat pula kebutuhan mendesak untuk mengenalkan budaya lokal sejak dini. Vygotsky (1978) menegaskan bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial dan konteks budaya. Dengan demikian, pengenalan budaya Reog Ponorogo bukan hanya pelestarian tradisi, melainkan juga sarana pembentukan identitas anak. Tilaar (2002) menambahkan bahwa pendidikan yang berakar pada budaya adalah strategi penting dalam memperkuat jati diri bangsa di tengah arus globalisasi. Dalam perspektif global, UNESCO (2019) menekankan empat pilar pendidikan abad ke-21, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Integrasi teknologi digital dengan budaya lokal sejalan dengan pilar tersebut, karena anak tidak hanya dibekali keterampilan teknis, tetapi juga nilai kemanusiaan dan kebersamaan.

Berangkat dari kondisi tersebut, diperlukan inovasi yang mampu mengubah penggunaan gawai dari pasif menjadi aktif, kreatif, dan edukatif, sekaligus menghadirkan budaya lokal dalam pembelajaran anak usia dini. Pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) seperti ChatGPT, Craiyon, dan Pixverse menjadi solusi strategis. Melalui AI, anak dapat menyalurkan imajinasi, menghasilkan karya digital, dan mengenal nilai budaya Reog Ponorogo secara menyenangkan. Dengan demikian, inovasi pembelajaran berbasis AI yang terintegrasi dengan budaya lokal tidak hanya menjawab keresahan orang tua, tetapi juga menjadi upaya strategis dalam menanamkan karakter, memperkuat identitas budaya, serta membangun generasi yang siap menghadapi era digital.

2 Rumusan Masalah

  • Bagaimana mengatasi kecenderungan anak usia dini menggunakan gawai secara pasif melalui pembelajaran berbasis AI?
  • Bagaimana mengintegrasikan budaya lokal Reog Ponorogo ke dalam pembelajaran anak usia dini?
  • Bagaimana melibatkan orang tua dan guru agar inovasi pembelajaran ini berkelanjutan serta berdampak luas?

3 Tujuan Penulisan

  • Menguraikan strategi pemanfaatan AI untuk mengubah penggunaan gawai anak usia dini menjadi lebih aktif, kreatif, dan edukatif.
  • Menjelaskan bentuk integrasi budaya lokal Reog Ponorogo dalam pembelajaran anak usia dini.

Mendeskripsikan hasil inovasi pembelajaran, termasuk keterlibatan anak, orang tua, dan guru, serta dampaknya terhadap pelestarian budaya dan penguatan literasi digital.

SITUASI

Perkembangan teknologi digital memberi pengaruh besar dalam kehidupan, termasuk pendidikan anak usia dini. Anak yang lahir di era digital akrab dengan gawai dan internet sejak usia 3-4 tahun, terbiasa menonton YouTube, TikTok, atau bermain gim daring. Namun, pemanfaatannya cenderung pasif, anak hanya menjadi penikmat konten. Hal ini menimbulkan keresahan orang tua karena anak kurang berinteraksi, mudah tantrum saat gawai diambil, bahkan berpotensi kecanduan. Temuan American Academy of Pediatrics (2016) menunjukkan penggunaan gawai berlebihan dapat menyebabkan keterlambatan bahasa, gangguan tidur, dan rendahnya kualitas interaksi sosial. Penelitian di Indonesia pun menemukan anak lebih suka berlama-lama dengan gawai daripada melakukan aktivitas motorik atau sosial, padahal usia dini adalah periode emas perkembangan kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan motorik.

Guru PAUD dihadapkan pada tuntutan menghadirkan pembelajaran yang kreatif, bermakna, serta adaptif terhadap teknologi agar anak terbiasa menggunakannya secara sehat dan produktif. Selain itu, pengenalan budaya lokal juga penting untuk menumbuhkan identitas dan karakter. Reog Ponorogo, misalnya, sarat nilai keberanian, kreativitas, kebersamaan, dan penghormatan tradisi. Namun, derasnya arus globalisasi membuat anak semakin jauh dari budaya lokal. Pengenalan budaya tidak hanya sebatas transfer pengetahuan, tetapi juga bagian dari pendidikan karakter. Menurut Kemendikbudristek (2020), pendidikan karakter berbasis budaya lebih mudah diterima anak karena dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila yang menekankan pentingnya mengenal dan mencintai budaya sendiri sebelum terbuka pada budaya luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun