Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya mahasiswa semester 07 prodi PIAUD fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo. Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menakar Peran Orang Tua dan Sekolah dalam Mendidik Anak: Antara Barak Militer dan Pendekatan Humanis

10 Mei 2025   16:21 Diperbarui: 10 Mei 2025   16:30 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilema mengenai posisi orang tua dalam mendidik anak, terutama ketika anak menunjukkan perilaku nakal, merupakan isu yang kompleks dan kerap menjadi perdebatan. Tak jarang, solusi ekstrem seperti menitipkan anak ke barak militer atau sekolah berasrama diambil dengan harapan dapat memperbaiki perilaku anak. Namun, muncul pertanyaan penting: sejauh mana tanggung jawab sekolah dalam mendidik anak, dan bagaimana seharusnya peran orang tua dalam proses ini?

Tanggung Jawab Sekolah vs. Tanggung Jawab Orang Tua

1. Tanggung Jawab Sekolah
Sekolah memang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kedisiplinan siswa. Melalui sistem pendidikan formal, siswa diajarkan nilai-nilai sosial, etika, dan tanggung jawab. Namun, apakah seluruh tindakan siswa di sekolah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak sekolah? Banyak yang berpendapat bahwa pendidikan karakter seharusnya dimulai dari rumah, sedangkan sekolah berperan sebagai pelanjut dan penguat nilai-nilai tersebut.

2. Tanggung Jawab Orang Tua
Orang tua memegang peranan yang sangat vital sebagai pendidik pertama dan utama dalam kehidupan anak. Mereka harus memberikan contoh perilaku yang baik serta mendukung pendidikan anak di sekolah. Ketika anak menunjukkan perilaku menyimpang atau nakal, keterlibatan orang tua dalam mencari solusi sangat diperlukan. Menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab tersebut kepada sekolah dapat mengaburkan peran esensial orang tua dalam proses pendidikan karakter.

Solusi Alternatif di Luar Pendekatan Militeristik

Jika barak militer atau sekolah berasrama dinilai kurang tepat sebagai solusi utama, beberapa pendekatan alternatif berikut bisa dipertimbangkan:

  1. Pendekatan Dialogis
    Mengadopsi metode pendidikan yang lebih dialogis dapat menjadi solusi jangka panjang. Dalam pendekatan ini, siswa dilibatkan aktif dalam proses belajar serta diberikan ruang untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Pandangan Paulo Freire menjadi relevan di sini, di mana pendidikan seharusnya berjalan secara dialogis dan tidak bersifat top-down. Kesetaraan dan komunikasi terbuka menjadi kunci dalam membentuk karakter anak secara positif.

  2. Program Pembinaan Karakter di Sekolah
    Sekolah dapat mengembangkan program yang fokus pada pembinaan karakter melalui pendekatan yang inklusif dan menyenangkan, seperti kegiatan ekstrakurikuler, pelatihan kepemimpinan, dan pengembangan soft skills. Program-program ini tidak hanya mengutamakan disiplin ketat, tetapi juga membantu siswa mengenali potensi diri dan membangun hubungan sosial yang sehat.

  3. Keterlibatan Komunitas dan Orang Tua
    Mendorong keterlibatan aktif orang tua dan komunitas dalam pendidikan anak merupakan langkah strategis. Sekolah dapat mengadakan seminar, workshop, atau diskusi rutin yang melibatkan orang tua dalam pembahasan mengenai metode mendidik anak yang efektif. Ini juga membantu membangun komunikasi yang sehat antara orang tua dan guru demi kepentingan terbaik anak.

Kesimpulan
Baik barak militer maupun sekolah berasrama memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dalam membentuk karakter siswa. Namun, pendidikan karakter tidak dapat diserahkan hanya pada satu pihak. Kolaborasi antara sekolah dan orang tua sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pertumbuhan emosional, sosial, dan moral anak. Dengan pendekatan yang lebih dialogis, inklusif, dan partisipatif, anak-anak diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik tanpa perlu melalui metode pendidikan yang terlalu keras.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun