" Aku sudah tak punya keluarga lagi. Ibuku , anakku dan tante serta pamanku meninggal dalam tsunami. Aku waktu itu sedang ambil liburan di pantai ketika tiba-tiba saja badai dan tsunami itu memisahkan kami dan beberapa hari kemudian mereka ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa. Aku tak sempat menyelamatkan apapun. Bahkan aku sendiri ikut terseret ombak. Untunglah akar besar menahankau di bibir pantai. Aku ditolong oleh seorang nelayan dalam kondisi tak sadar. Dua hari aku baru tahu keluargaku sudah meninggalkanku ", terbata dan sambil menangis Bim-Bim bercerita. Hujan semakin  deras seakan ikut bersedih dan mengiringi duka yang mendalam. Rita hanya mendengarkan di sebelah Bim-Bim. Agak duduk di lantai dia mendengar karena suara Bim-Bim sangat lirih, teramat lirih untuk di dengar. Dia sadar duka yang mendalam membuat dia shocked dan tak mampu mengeluarkan suara secara normal.
" Aku ingin kamu ikut aku ke sana, ikut membantu aku mengadakan pengajian untuk mereka , mendampingiku selama aku tak mampu mengontrol emosiku atas semua ujian yang aku hadapi beruntun ini", Rita benar -benar tak sanggup menolak ajakannya.Â
" Yang masih tersisa adalah mobilku dan perusahaanku yang jauh dari pantai. Penginapanku dan restoku sudah luluh lantak. Aku harap kamu bersedia', Bim-Bim meminta tangan Rita dan menggenggamnya dengan setengah memelas hati . Dia tak sanggup memandang Rita karena air matanya keburu keluar saat Rita bilang' Iya, aku bersamamu".