Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis sebagai Media Katarsis

9 Juli 2018   22:03 Diperbarui: 9 Juli 2018   22:26 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katarsis dari berbagai sumber diperoleh arti menghilangkan kepenatan pikiran, melepaskan diri dariil ketegangan, menghilangkan beban mental dengan cara menceritakan semua ( J.S. Badudu , 2003), dan juga merasa lega setelah menulis ( Wibisono , 2007). Sesungguhnya kehidupan ini perlu katarsis sebagai penyeimbang antara kebutuhan internal dan kebutuhan eksternal.

Menulis bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang sulit dan susah untuk memulainya. Banyak kalangan bahkan tak terbiasa menulis karena banyak alasan. Time-Management, Passion, talenta, rasa enggan dan alasan subjektif lainnya. Menulis diibaratkan beban yang takut untuk didekati sehingga semakin tak diminati.

Bagi guru dan dosen , menulis itu keharusan yang lambat laun harus dijadikan sebagai hobby yang menyenangkan. Mereka dituntut banyak hal. Dosen harus memenuhi KUM dan guru juga harus mendapatkan point untuk Kenaikan Angka Kredit bagi pangkatnya. Mau tak mau, suka tak suka mereka harus terbiasa dan memaksa diri untuk menulis . 

Kegiatan menulis bisa dilakkukan di media on line maupun cetak. Masing -masing punya tantangan sendiri, juga template dan kaidah selingkung yang khas. 

Menulis bagi jurnalis bahkan sudah menjadi oksigen yang dibutuhkan dan harus dihirup supaya mereka tetap eksis. Bagi mereka ide dan inovasi berpikir adalah hal yang biasa dan harus dipunya. 

Bagi para guru dan dosen ini adalah tantangan. Para dosen tidak sekedar hanya menulis hasil penelitian di jurnal terakreditasi atau bahkan di Scopus tetapi mereka juga harus membuat artikel itu bisa dibaca orang banyak dengan kemasan populer di media massa manapun. Artinya perlu sedikit memberi porsi tak terlalu formal dalam penulisan.

Bagi guru, menulis juga harus menjadi kebutuhan karena mereka dituntut untuk bisa mengembangkan silabus yang salah satunya  adalah penulisan buku ajar, materi mengajar , modul dan administrasi lainnya. 

Bilamana perlu hasil riset para guru di kelas bisa dibuat dalam jurnal terakreditasi nasional maupun internasional . Isi dari artikel di jurnal tentunya beda dengan ketika artikel itu dibawa ke media cetak maupun media on line seperti di Kompasiana ini. 

Salah satu hal ringan yang bisa dilakukan guru dalam berinovasi adalah menuliskan karya sastra dalam bentuk Antologi Puisi, Prose, Cerpen, Novel, Novellet maupun yang lain. 

Karya sastra ini bila dicetak dalam buku yang ber ISBN maka akan mendapat point yang cukup untuk PAK ( Penilaian Angka Kredit ). Tentu saja butuh beberapa buku ber ISBN. Maka memulai menulis dari sekarang adalah tindakan yang cerdas dan tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun