Mohon tunggu...
Firman Pratama
Firman Pratama Mohon Tunggu... Dosen - pebisnis muda

Seorang pakar pikiran dan praktisi pendidikan yang membuat dua buah metode dahsyat yaitu Alpha Telepati dan Alpha Mind Control, seorang pebisnis yang sudah memulai bisnis sejak masa kuliah Blog pribadi di www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa yang Membatasi Rezeki Manusia? Apakah Tuhan? Ini Penjelasannya!

7 November 2020   09:50 Diperbarui: 7 November 2020   09:59 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang mengeluh bahwa rezekinya seolah terbatas. Maksud dari terbatas adalah rezekinya sedikit padahak sudah merasa "bekerja keras". Banyak orang seperti ini, mungkin anda juga termasuk ya. Pertanyaannya, siapa yang membatasi rejeki manusia?apakah Tuhan?. Pertanyaan ini yang mau saya ulas di artikel kali ini. Karena banyak orang yang berprasangkan bahwa Tuhanlah yang membatasi rezeki manusia.


Prasangka seperti ini apakah tidak prasangka jelek ya kepada Tuhan? Padahal disemua agama pasti menyuruh kita untuk berbaik sangka kepada Tuhan. Prasangka itu adalah persepsi atau berpikir. Maka berpikirlah yang baik kepada Tuhan kita supaya hidup kita selalu dalam kebaikan baik itu didunia sampai nanti diakhirat.

Coba kita pahami dari cerita ini ya tentang rezeki. Beberapa hari yang lalu saya mengajak bicara seorang penjual bakso yang lewat depan kantor wahana sejati. Penjual bakso ini menjalankan gerobak bakso secara berkelompok. Artinya ada juragan bakso yang memiliki beberapa gerobak bakso dan si mas ini salah satu yang menjalankan. Artinya secara produk tentu semua gerobak bakso itu sama. Saya tanya ke dia bagaimana hasil dari menjual bakso ini. Mas A ini cerita sambil mengeluh bahwa hasilnya sedikit. Dan diapun mengatakan terpaksa melakukan ini.

Besok lusanya, gerobak bakso dengan warna dan nama sama lewat di depan kantor wahana sejati lagi. Tapi pedagangnya beda. Ketika saya beli sambil tanya-tanya, maka jawabannya berbeda dengan mas yang sebelumnya. Yang mas ini menjawab dengan semangat dan senang menjual bakso karena bisa bertemu banyak orang dan bisa membantu orang tuanya. Hasil yang didapat oleh mas B ini lebih banyak daripada mas A yang sebelumnya.

Kita perhatikan, menjual bakso yang sama. Tentu rasa sama. Tapi kenapa hasilnya beda. Kalau anda mengatakan bisnisnya beda maka tentu tidak bisa, karena sama-sama menjual bakso dari tempat yang sama. Yang bisa kita ambil pelajaran dari kedua penjual bakso ini adalah isi pikirannya. Darimana melihat isi pikirannya? ya dari jawaban mereka saat saya bertanya tadi. Yang mas A menjawabnya dengan keluhan maka hasil penjualan baksonya sedikit. Sedangkan yang mas B menjawab dengan riang semangat maka hasil baksonya lebih banyak.

Terlihat bahwa rejeki seseorang itu dibatasi oleh keluhannya, oleh hal-hal negatif yang ada di pikirannya. Maka jangan buru-buru menganggap Tuhan yang membatasi rejeki anda.

Banyak orang sebenarnya terpaksa ketika menjalankan bisnis, atau menjalankan pekerjaannya. Ketika terpaksa maka yang ada hanya pikiran jelek. Pikiran yang negatif. Dan efeknya bisnis atau pekerjaannya itu tidak bisa menghasilkan secara maksimal. Lalu mengeluh kepada Tuhan?Jadi lucu kan. Padahal rejekinya dibatasi sendiri tapi malah menyalahkan Tuhan atau menganggap Tuhan yang mengasih rejeki sedikit itu.

Tuhan itu sudah menyebarkan rejekinya seluas semesta ini, ada sebuah ayat di Alquran yang artinya seperti ini

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya." (QS. Hud ayat 6).

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Jadi sesungguhnya Tuhan sudah memberi rezeki kepada setiap makhluknya, tanpa ada batasan. Kita sendiri yang membuat batasan itu dalam pikiran kita. Saatnya sekarang kita tembus batasan itu dan dibuang saja. Supaya rezeki bisa datang dan masuk dari semua arah, dari semua jalan dan dari manapun yang tidak disangka-sangka. Sadari hal ini supaya pikiran kita selalu berbaik sangka kepada Tuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun