Mohon tunggu...
Akhmad Hani Nadif
Akhmad Hani Nadif Mohon Tunggu... Ilmuwan - Direktur Eksekutif Center for National Defense and Security Studies (CNDSS)

Berfokus pada bidang industri pertahanan, teknologi pertahanan, geopolitik, ketahanan energi dan pangan, dan cybersecurity

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor Terjadinya Penyelundupan dan Perdagangan Senjata Api Illegal di Indonesia

23 Agustus 2023   14:30 Diperbarui: 23 Agustus 2023   14:30 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: Kompas, 2023. Sederet Fakta Penangkapan Karyawan PT KAI Terduga Teroris Jaringan ISIS di Bekasi 

Pada tanggal 14 Agustus 2023, publik dikejutkan dengan penangkapan tersangka kasus terorisme yang merupakan karyawan PT.KAI di Bekasi, Jawa Barat. Melalui foto yang beredar di media, barang bukti yang ditemukan beragam mulai dari buku, bendera, pakaian, smartphone dan yang menjadi perhatian utama saya yaitu beragam jenis pistol semi-otomatis, sejumlah magazen, senapan otomatis laras panjang berbagai tipe dan laras pendek, dan air gun yang dimodifikasi menjadi senjata api lengkap beserta amunisi dalam jumlah yang cukup besar. Tentu ini hal yang sangat membingungkan mengingat peraturan mengenai kepemilikan senjata api di negara ini sangatlah ketat. Ditambah lagi, masyarakat harus melalui serangkaian uji kelayakan yang ketat terlebih dahulu sebelum mendapatkan akses. Ditambah juga dengan harga jual senjata api yang sangat tinggi mulai dari puluhan hingga ratusan juta. Lantas bagaimana pelaku mendapat pasokan dengan jumlah dan jenis senjata api yang beragam seperti itu? bagaimana sebaiknya pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan?

Faktor Geografis

Secara geografis, Republik Indonesia adalah negara yang sangat luas dengan garis pantai sepanjang lebih dari 81.290 km atau terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Hal ini adalah tantangan yang cukup berat bagi pemerintah dan aparat keamanan karena akses pintu gerbang penyelundupan senjata yang sangat besar. Penelitian ICC juga menyatakan bahwa Asia Tenggara adalah kawasan dengan aktifitas penyelundupan senjata api yang cukup tinggi. Garis pantai yang begitu panjang di kawasan Asia Tenggara (Maritim dan Indo-China) membuka peluang munculnya Pelabuhan-pelabuhan illegal yang digunakan untuk aktifitas penyelundupan

Titik rawan penyelundupan senjata di Indonesia terletak pada wilayah perbatasan laut antara Sulawesi Utara dengan Filipina bagian Selatan yang dihuni beberapa kelompok bersenjata dan kriminal terorganisir. Wilayah ini juga memiliki sejumlah home industry yang bergerak dalam bidang produksi senjata api rakitan semenjak era Perang Dunia II. Hal ini semakin diperparah dengan adanya sekitar dua juta senjata tidak terdaftar yang beredar di Filipina. Dikatakan, kelompok teroris Indonesia sering melakukan pembelian senjata melalui jalur ini untuk mendapatkan senjata dari Filipina bagian Selatan.   

 

Faktor Geopolitik

Di era perang dingin, negara seperti Vietnam dan Kamboja dilanda perang besar. Pada perang Vietnam, terdapat 1,8 juta senjata api seperti Pistol M1911, senapan laras panjang otomatis M16, senapan mesin M50, peluncur granat, dan sekitar 150.000 ton amunisi yang ditinggalkan oleh pasukan AS seiring dengan kekalahan mereka. Senjata-senjata tersebut kemudian jatuh ke tangan kelompok teroris untuk diperjualbelikan. Saat ini, perang sipil yang semakin memanas di Myanmar juga semakin memperparah arus perdagangan senjata gelap di Asia Tenggara. Dugaan saya melalui jalur yang sudah mapan di titik-titik konflik yang ada, sejumlah senjata api dan amunisinya dapat mengalir pula ke Indonesia dan diakses oleh kelompok-kelompok bersenjata di Indonesia. Sejauh ini terdapat banyak titik panas pertikaian di seluruh Asia Tenggara antara lain Myanmar, Thailand Selatan, Filipina Selatan, Papua Barat, Indonesia. Satu hal yang perlu diketahui pula kelompok-kelompok bersenjata ini ada kalanya menjadikan penyelundupan senjata api illegal sebagai sumber pemasukan untuk operasional mereka. Jika kita menggunakan kaca mata ekonomi, Di Indonesia sendiri terdapat sejumlah kelompok bersenjata seperti JAD (ISIS), JAT (Al-Qaeda), MIT (ISIS), dan OPM. Ini menandakan adanya pasar bagi senjata api illegal yang kemudian semakin menarik perhatian pihak-pihak tertentu untuk melakukan penyelundupan. Ini kemudian yang menghasilkan siklus ekonomi jahat dimana perdagangan senjata hasil dari penyelundupan membiayai operasional kelompok bersenjata.

Faktor Internal

Terakhir adalah faktor internal. Kasus penyelundupan dan perdagangan senjata api illegal tentu tidak akan berhasil tanpa adanya campur tangan oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang menkhianati bangsanya sendiri. Banyak ditemukan kasus dimana oknum aparat keamanan yang seharusnya menjadi benteng bagi negara dan bangsa justru berbalik arah melakukan persekongkolan jahat dengan pihak musuh. Salah satu contohnya adalah kasus penyelundupan senjata untuk kepada OPM. Kasusnya meningkat dari 1 kasus pada tahun 2021 menjadi 27 kasus di tahun 2022. Dapatkah anda bayangkan efek bola salju yang ditimbulkan dari aktifitas ini terhadap masyarakat dan aparat keamanan di Papua? Meningkatnya kekerasan terhadapap Masyarakat di Papua, gugurnya para aparat keamanan sementara dilain sisi, OPM memiliki firepower yang semakin mumpuni dengan sejumlah pasokan senapan laras panjang dan kelengkapan lainnya yang justru difasilitasi oleh oknum dalam negeri sendiri.

 

Pencegahan dan Penanggulangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun