Mohon tunggu...
Ahdiat Mutaqin
Ahdiat Mutaqin Mohon Tunggu... -

psikologi uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengen dianggap Normal? Budayakan Antri!

11 Maret 2014   23:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sulit bagi seseorang untuk mengantri? Apakah yang katanya budaya antri itu sudah dilupakan?. Di Negara kita sendiri Indonesia ini sudah semakin jarang untuk orang harus mengantri. Adapun orang yang mengantri itu karena sudah terbiasa untuk disiplin di kehidupan sehari-harinya, jadi mereka tidak perlu di tertibkan ataupun di ingatkan oleh petugas ataupun oleh orang lain. Seperti halnya kita sering temui di stasiun, maupun stadion di sana terdapatorang yang disebut “calo”, yang tugasnya menjual tiket untuk orang yang malas mengantri maupun orang yang kehabisan tiket. Dan seorang calo tidaklah mungkin untuk menjual tiket tersebut dengan harga yang lebih murah.

Dan kita juga sering menjumpai pada saat ada pembagian sembako, sering kali ada anak-anak yang terhimpit oleh orang-orang dan hilang karena berdesak-desakan. Dan kerap pula ada yang sampai pingsan. Kenapa orang Indonesia sulit untuk diajak mengantri? Mungkin memang dengan tidak mengantri kita dapat lebih cepat mendapatkan barang tersebut, tapi itu merupakan cerminan kedisiplinan. Di luar negeri antri sudah menjadi kebiasaan yang akan kita jumpai di sana.

Ada sedikit pengalaman pribadi yang saya alami tentang masalah ini, kemarin pada hari minggu saat saya sedang mengantri membeli makan dan tepat dengan waktu saya mengambil mangkok tiba-tiba ada dua ibu-ibu yang menyerobot di depan saya, dan dengan tanpa rasa bersalah dia tidak mempedulikan saya yang antri terlebih dahulu. Dan saya lihat ibu-ibu tersebut dari kalangan menengah keatas, dan saya berfikir kalau kelakuan ibu-ibu tersebut sudah menjadi kebiasaannya dan saya berfikir apakah orang yang kalangan menegah keatas bisa melakukan seenaknya saja?

Dan menurut saya antri itu harus diajarkan dari anak-anak sehingga ketika dewasa anak-anak tersebut sudah terbiasa dengan antri. Karena kalau dari kecil sudah tidak bisa antri maka akan lebih sulit untuk mengajarinya ketika dewasa, karena itu sudah merupakan kebiasaan. Dan ketika mengajari antri kepada anak-anak, harus ada yang menjadi panutan untuk anak-anak tersebut. Karena anak-anak akan lebih meniru kepada orang yang dianggapnya sebagai panutan baginya. Sehingga untuk orang yang lebih dewasa sepatutnya memberikan label pada dirinya “jadikan diri anda teladan untuk anak anda”.

Dan mungkin ada beberapa penyebab kenapa seseorang tidak bisa antri :

üDi tempat tersebut tidak ada peraturan yang kuat

üDi tempat tersebut tidak ada petugas yang tegasdan berani untuk mengaatur jika ada orang yang melanggar

üDan tidak adanya system yang menjamin jika antri dengan benar akan memperoleh kebutuhannya dengan adil

Dan di Indonesia sendiri masih banyak persepsi jika anak seorang jendral maka bisa melewati jalur bus Trans Jakarta dan jika punya uang banyak maka dapat memotong antrian dengan membayar petugas tersebut untuk tidak memberi teguran padanya. Jadi normal atau abnormalkah orang yang tidak bisa antri?


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun