Mohon tunggu...
Agus Sastranegara
Agus Sastranegara Mohon Tunggu... Administrasi - bukan pujangga, hanya pemuja kata

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tagar #PrayforSurabaya di Media Sosial

13 Mei 2018   11:23 Diperbarui: 13 Mei 2018   11:31 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi ini sepertinya semua berjalan baik-saja, seperti hari minggu biasanya. Hari minggu 13 Mei 2018 cuaca berawan, terlihat awan menggantung dilangit. Burung-burung beterbangan dengan riang gembira. Sebuah hadi yang indah untuk menikmati liburan. Akantetapi, semua swakan sirna ketika terdengar berita yang terjadi di Surabaya pagi tadi. Sebuah tragedi kemanusiaan kembali menjadi cobaan untuk NKRI tercinta ini. Lagi dan lagi serangan terorisme menghentak kita dipagi buta ini, saudara sebagsa setanah air kita di Surabaya menjadi korban saat menjalankan ibadah. 

Melalui tulisan ini, penulis ingin mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada korban dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan. Adapaun untuk korban selamat semoga segera sembuh, sedangkan untuk pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam ledakan ini, kami sangat mengutuk perbuatan anda. 

Apapun alasannya, melenyapkan dan menyengsarakan orang lain tidak dapat diterima. Pernahkah kita berfikir dampak setelah terjadi peristiwa ini akan begitu besar di berbagai sektor dan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sulit memahami jalan pikiran orang yang dengan sengaja membunuh orang lain dengan cara seperti itu. Masih kurang puaskah anda dengan tragedi-tragedi yabg pernah terjadi di Indonesia ini. Bahkan lukabenerapa bom yang terjadi tahun-tahun lalu masih belum mengering, kini engkau tambah lagi. 

Bukankah mereka juga manusia yang punya hal untuk hidup, punya hak yang sama untuk menjalankan kehidupannya. Bagaimana nantinya jika yang ikut menjadi korban tersebut adalah seorang kepala rumah tangga yang harus menghidupi keluarganya, atau bagaimana menjelaskan jika ia adalah ibu dari anak-anaknya yang masih bayi. 

Siapkah anda para terorisme untuk menanggung semuanya?. Belumlagi, trauma yang akan timbul untuk bangsa ini? Anak-anak kecil akan takut untuk keluar rumah, hilangnya keceriaan sebagai manusia yang seituhnya karena takut oleh bom.

Pernahkan anda berfikir jika anda diposisi orang yang dijadikan sasaran tindakan terorisme?. Samapai kapan kita akan selalu seperti ini, negara lai  sudah berfikir untuk memajukan negaranya, tapi kita masih sibuk dengan ketakutan yang tidak jelas mengapa. Apalagi bangsa kita sebenatar lagi akan menjadi perhatian dunia dengan adanya pelaksanaan ASEAN GAME, Pilkada dan tahun depan pesta demokrasi akan berlangsung disini. 

Penulis kehilangan kata-kata untuk menggambarkan ini semua, bingung, miris, marah, kesal semua bercampur menjadi satu. Harapannya kedepan, pemerintah hendaknya bisa lebih waspada akan terjadinya hal seperti ini. Badan intelejen harusnya dapat menjelaskan mengapa kita kecolongan lagi dan lagi. 

Mengapa tidak bisa mencegah tragedi kemanusiaan seperti ini, padahal sering terjadi di yanah air tercinta. Walaupun fidak sepenuhnya salah dari pihak pemerintah, akan tetapi masyarakat sudah terlanjur menggantungkan harapan yang begitu besar agar bisa hidup tenang damai. 

Keadaan ekonomi belumlah stabil, nilai kurs rupiah semakin tinggi dan amsyarakat sebentar lagi akan menyambut bulan puasa. Sebuah situasi yang dilematis apabila ditambah kejadian yang terjadi di tempat ibadah di Surabaya pagi tadi. Kemarin baru terjafi peristiwa di MakoBrimob dan kini di Surabaya. Selama ini kita sudah mulai melupakan tragedi bom bali, bom Tamrin tapi kini dipaksa untuk melihat sekali lagi kekejaman teror tanpa perasaan. Sebenarnya, terbuat dari apakah hati oara terorisme ini?

Pengeboman ditempat ibadah juga merupakan startegi yang diharapkan oleh para terorisme agar masyarakat akan saling tuding dan saling membenci antar kelompok. Akantetapi dengan masyarakat yang semakin cerdas, tentunya hal tersebut akan dapat kita minimalisir. Apapaun agamanya, apapun warna kulitnya tidak menjadi alasan seseorang untuk melakukan tindakan keji ini. Beesatulah Indonesia, rukunlah walau ada beberapa pihak yang menginginkan kita untul bercerai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun