Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Berkemajuan Muhammadiyah dari Genteng hingga Tunjungan

8 Oktober 2025   20:52 Diperbarui: 8 Oktober 2025   20:52 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi kiri, deretan pagar seng berdiri kaku dan dingin, menjadi batas tegas antara gang sempit ini dengan kompleks mewah Hotel The Empire Palace.

Di balik seng itu, bangunan modern menjulang tinggi dengan dinding kaca yang memantulkan cahaya sore dan udara sejuk dari pendingin ruangan yang nyaris tak terdengar.

Masjid Da'wah didirikan pada tahun 1960. Masjid ini bukanlah masjid yang megah. Berdiri di atas lahan seluas 284 meter persegi dengan luas bangunan mencapai 568 meter persegi, masjid ini mampu menampung sekitar 400 jemaah.

Ukurannya relatif kecil, hanya sekitar 10 x 10 meter persegi. Namun dari ruang yang terbatas itu, terpancar suasana kehangatan dan ketenangan yang sulit ditemukan di tengah kota besar.

Bangunannya terdiri dari dua lantai yang sederhana, namun tertata rapi dan bersih. Di salah satu sudutnya berdiri sebuah menara menjulang --- tanda khas sebuah rumah ibadah.

Masjid Da'wah menyimpan kisah panjang tentang perjuangan, pengabdian, dan kelahiran lembaga pendidikan Islam yang kini dikenal sebagai Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Masjid ini juga memiliki hubungan erat dengan pendirian Fakultas Ilmu Agama dan Dakwah (FIAD), cikal bakal Fakultas Agama Islam (FAI) UM Surabaya.

Masjid Da'wah juga menjadi tempat berkumpulnya para mubaligh muda Muhammadiyah, mahasiswa, dan aktivis dakwah.

"Jadi ini, tho, Masjid Da'wah itu. Ada menaranya yang masih asli," tutur Ni'matul Faizah seraya melihat sekeliling masjid.

Para pegiat sejarah Muhammadiyah mengaku sangat menikmati kegiatan napak tilas di jantung kota Surabaya sore itu. Mereka menilai kegiatan semacam ini penting untuk mengenali kembali jejak perjuangan Muhammadiyah di tengah perubahan kota yang kian cepat.

Melalui kunjungan langsung ke lokasi-lokasi bersejarah, mereka dapat melihat bukti nyata bagaimana dakwah, pendidikan, dan amal usaha Muhammadiyah pernah tumbuh dan memberi pengaruh besar bagi masyarakat Surabaya.(agus wahyudi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun