Di balik gemerlapnya panggung sepak bola profesional, tersimpan cerita sederhana tentang seorang bocah yang kemampuannya ditemukan di lapangan kampung.
Itulah kisah Rizky Ridho Ramadhani, bek tangguh andalan Timnas Indonesia dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), yang ditemukan bakatnya oleh Yusman Mulyono, mantan gelandang klub legendaris Niac Mitra.
Cerita bermula di sebuah Lapangan Simo Rukun. Lapangan ini kerap menjadi ajang turnamen antardaerah, dulu dikenal dengan sebutan turnamen galadesa.
Meski berskala lokal, turnamen semacam ini sering diikuti pemain "bon-bonan", sebutan untuk pemain profesional yang berlaga di ajang amatir demi tetap mengasah kemampuan.
Suatu hari, Yusman mendapat informasi dari seoarng wartawan. Katanya ada pemain muda potensial. Dia kerap main dengan kaum STW alias setegnah towo, sebutan orang Surabaya kepada para pesebakbola senior.
Yusman datang lalu datang ke Lapangan Simo Rukun saat latihan rutin. Di antara deretan pemain muda dan para senior, matanya tertumbuk pada sosok seorang anak muda. Posturnya tinggi dan agak kurus.
Yusman memperhatikan permainan anak muda itu: dari cara dribbling, passing, hingga kemampuannya covering lawan.
Di mata Yusman, anak muda itu menunjukkan teknik olah bola yang baik dibandingkan anak-anak seusianya. Bisa dibilang di atas rata-rata.
"Padahal dia main sama pemain senior. Kok saya lihat nggak canggung. Berani juga," kenang Yusman.
Usai latihan, Yusman lalu menghampiri anak muda itu. Dia menyalami dan menanyakan namanya.