Di tengah hujan yang masih mengguyur ringan, kami disambut hangat oleh para pengasuh pondok.
Senyum ramah dan jabat tangan penuh kekeluargaan menyambut kami, menghapus lelah perjalanan panjang dan jalanan yang mendebarkan.
Pondok Pesantren Manhajul Muna bukanlah pondok besar dengan bangunan mewah atau fasilitas serba modern. Namun justru di sanalah letak pesonanya. Berdiri di atas tanah berkontur menanjak, pondok ini dikelilingi hamparan perbukitan hijau yang tenang dan menyegarkan.
Dari halaman pondok, mata bisa menatap jauh ke lembah yang diselimuti kabut tipis. Udara dingin pegunungan menyapu wajah, membawa nuansa spiritual yang mendalam.
Bangunan pondok terdiri dari beberapa ruang belajar sederhana, asrama santri, dan masjid kecil yang menjadi pusat kegiatan ibadah. Atap-atapnya tampak kuat menahan terpaan angin lereng bukit. Dinding-dindingnya dihiasi dengan tulisan ayat-ayat Al-Qur'an dan pesan-pesan moral untuk para santri.
Meski berada di kawasan terpencil dengan akses jalan yang menantang, semangat para pengasuh dan santri tak pernah surut. Setiap hari mereka tekun belajar, mengaji, dan menempa diri dalam balutan kesederhanaan.
Saat ini, Pondok Pesantren Manhajul Muna telah menjadi rumah bagi sekitar 150 santri yang datang dari berbagai penjuru daerah.
Dalam pengembangan pendidikannya, pondok ini menjadikan Pondok Modern Darussalam Gontor, yang sudah tersohor secara nasional, sebagai rujukan utama.
Pondok ini menjadi mercusuar kecil di tengah perbukitan---menerangi generasi muda Ngrayun dengan cahaya ilmu dan akhlak.
Kami sempat berbincang dengan salah satu pengasuh pondok. Dia bercerita bagaimana mereka membangun pondok ini dari nol, dengan penuh perjuangan dan gotong royong warga sekitar.
Di Manhajul Muna, kesederhanaan menjadi kekuatan. Para santri tumbuh dengan kedisiplinan, dibentuk untuk mandiri, dan diajarkan untuk mencintai ilmu dalam keterbatasan.