Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen Penantian

10 Mei 2021   20:29 Diperbarui: 10 Mei 2021   20:41 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi foto:prominent.com

Taaruf sebagai manusia dewasa. Tak banyak yang perlu diungkap. Seperti cerita-cerita sinetron dan telenovela di televisi. Tak ada untaian kata-kata indah yang selalu dinanti wanita bila malam mulai mendekat. Tulisan-tulisan yang syahdu yang merindukan.

Berkali-kali kucoba menangkap pribadi Hartati. Bercengkrama dengan wataknya. Kuperhatikan cara dia berbicara, mendengar cerita pengalaman dan obsesinya. Baik yang getir maupun yang hebat. Yang menggugah tawa dan menusuk emosi.

Semuanya kurekam dalam memori otakku supaya aku bisa terus mengingat kilau wajahnya tatkala malam mulai beranjak pergi, mengantar malam-malam yang panjang.

Kata Eyang Nimas, bibit cinta itu bisa bersemi kalau kita tahu cara bicara dan masa lalu seseorang. Meski terpenggal, namun cerita-cerita masa lalu seseorang acapkali menggugah ilham dan memberi teladan.

Pengalaman buruk sekali pun, jangan pernah kau lupakan. Karena di sana terpetik pengalaman dan pelajaran. Eyang merasakan itu sepanjang hidup, lihatlah apa yang terjadi bila semua itu juga engkau rasakan, begitu Eyang Nimas memapahku menghayati hidup, suatu ketika.

Tapi, kenapa yang kurasakan tak begitu? Hambar-hambar saja. Suatu malam, aku menyentuh lembut tangan Hartati. Kulihat ia cukup kaget dengan sikap spontanku.

Aku mencoba merasakan desahan napasnya, melihat gerak-gerik matanya, dan menunggu reaksi darinya. Hartati meresponsnya. Ada dorongan kuat sehingga membuat sekujur tubuh Hartati berasa hangat.

Namun situasi itu terjadi sesaat saja. Belum mampu menggugah hasrat terdalam dalam diriku. Menaikkan libidoku sekalipun. Sesungguhnya aku terus mencoba untuk merasa dekat dengan kamu, tapi kehendak hatiku ini, entahlah, sangat sulit aku menjabarkan.

Tolong, pahami aku, ya? ucapku saat berupaya menghalau halus jari-jemari Hartati mulai lincah menjamah bagian dadaku.

Aku masih merasa beruntung. Ketidakrelaan itu tak kelewat berlarut. Hartati hanya mengamini, meski kekecewaan jelas terbaca dari wajahnya. Hartati menjadi wanita yang kali kesekian pernah menjumpai serabut ingatan dan asmaraku. Raib setelah terendap dalam ketidakpastian rasa.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun