Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Chef Itu Bakat atau Keterampilan?

6 April 2021   20:36 Diperbarui: 8 April 2021   11:10 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chef Muji yang kini aktif menjadi mentor. foto/ilustrasi :teguh andoria dari channel youtube enciety.co

Ada lagi cerita soal makanan lontong balap. Menurut Muji, meski lontong balap diakui sebagai makanan khas Surabaya, tapi berasal dari Desa Candi, Sidoarjo. 

Kala itu, para pedagang lontong balap dari Candi menjual panganannya dengan memikul. Lha, saat berangkat jualan ke Pasar Wonokromo mereka balapan. Waktu itu, Pasar Wonokromo satu-satunya pasar yang paling ramai di Kota Pahlawan.

Bukan Sekadar Tukang Masak

Kurun waktu terakhir, profesi chef dianggap cukup bergengsi. Banyak anak-anak muda yang melirik profesi ini sebagai pintu masuk untuk mendulang kesuksesan. Berbagai ajang kompetisi memasak--salah satu yang fenomenal adalah Master Chef-- yang trending di media sosial menjadi trigger dari mimpi anak-anak muda tersebut.  

Muji berpendapat, chef itu bukan cuma tukang masak, tapi kreator. Chef harus mampu menciptakan sesuatu yang inovatif. Seorang chef harus paham dan punya kemampuan untuk membuat masakan dari bahan-bahan yang ada.

"Dulu, saya diajarkan untuk mengetahui secara detail bahan dan jenis masakan. Tidak seperti sekarang. Kalau mau masak bisa langsung instan. Ada frozen food, bahkan ada yang sudah dibumbui. Ini kan mengurangi kreativitas," katanya.

Ilustrasi foto: limetray.com
Ilustrasi foto: limetray.com

Muji lalu menuturkan pengalamannya. Suatu ketika, ada anak muda alumnus universitas ternama di Surabaya, berkonsultasi dengannya. Anak tersebut akan membuka restoran. Muji lalu bertanya tujuan membuka restoran itu, apakah ingin branded atau hanya membuka usaha biasa.

"Jika ingin branded, tentu harus membuat formula sendiri. Racikan sendiri. Kalau branded pasti nilainya lebih mahal. Kalau bahan-bahannya instan, sudah pasti orang bisa nebak," paparnya.

Kemampuan memasak itu, terang Muji, tidak bisa dilatih asal-asalan. Meski bahan dan cara memasaknya sama, ditimbang dengan takaran, tapi hasilnya bisa berbeda.

Menurut Muji, memasak itu memang passion. Tidak ada aturan baku dalam cara mengolahnya. Semisal, untuk membuat rawon, bumbu harus ditumis setengah matang. Nah, parameternya setengah matang ini masing-masing bisa berbeda-beda. Berapa kali dia mengaduk, seberapa kuat tekanan mengaduk, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun