Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kisah Perempuan Pelaku Usaha yang Jual Kue sampai Istana

14 Maret 2021   13:18 Diperbarui: 14 Maret 2021   13:22 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mariyana kemudian menjajal usaha kuliner. Jualan kue. Kebetulan, ibunya dulu punya usaha kuliner. Sering dapat order nasi kota dan kue. Pelanggannya lumayan banyak.  "Itung-itung melanjutkan usaha ibu," cetus Mariyana.

Kala itu, Mariyana memodali usaha kuliner Rp 1 juta. Uang itu diperoleh dari menyisihkan gaji bulanan suami. Mariyana yakin yang lebih penting untuk memulai usaha bukan modal, tapi semangat dan keyakinan.

Dari modal tersebut, Mariyana membuat bakery. Dijual di depan rumah pakai gerobak. Sebagian ada yang dititipkan di toko sekitar rumah. Tiap hari, dagangannya ada yang retur. Biasanya, produk yang gak laku dibagikan kepada tetangga. Bakery buatanya tidak bisa bertahan lama karena tanpa menggunakan bahan pengawet.

Bisnis kue Mariyana berjalan landai-landai saja. Namun dia tak patah arang. Tahun 2015, Mariyana bergabung dengan Pahlawan Ekonomi. Program pemberdayaan ekonomi keluarga yang diinisiasi Tri Rismaharini (waktu itu menjabat wali kota Surabaya). Di sana Mariyana belajar banyak hal. Di antaranya ketrampilan membuat kue, digital marketing, dan manajemen keuangan.

Mariyana merasakan cakrawala bisnis bertambah luas. Jaringannya bertambah banyak. Dia juga dapat inspirasi baru. Yakni, membuat produk jajanan tradisional yang dikemas kekinian. Membuat kue yang masa expired atau batas kedaluarsanya lebih lama.

Mariyana kemudian membuat produk unggulan. Kue bagelan, namanya. Kue tempo dulu. Yang dikonsumsi nonik dan menir Belanda. Mariyana membuatnya dalam bentuk kue kering.

Sebelum dipasarkan, Mariyana men-tester-kan kepada mentor-mentor Pahlawan Ekonomi. Setelah rasanya benar-benar pas, dia kemudian menjualnya.

Kue bagelan buatan diproyeksikan menyasar pasar menengah atas. Karena itu, perlu branding dan packaging yang oke. Melalui program Tatarupa, produknya dikemas lebih keren. Mereknya, Baper nak! (Bagelan Super Enak). Kata baper (bawah perasaan) dipilih mewakili istilah kekinian. Jika lagi baper, ya makan bagelan. Begitu kira-kira bahasa marketignys.

foto:dok/mariyana fitriyah
foto:dok/mariyana fitriyah

Untuk membuat cookies tersebut, Mariyana membutuhkan bahan-bahan seperti tepung, gula, telur, keju, dan ragi. Proses pembuatannya dilakukan dua kali. Pertama, membuat adonan. Kedua, peresapan atau mendiamkan adonan selama sehari. Kedua proses ini dilakukan untuk mendapatkan adonan yang mengembang. Sehingga menghasilkan bagelan yang gurih dan nikmat. Dia juga membuat beberapa varian rasa. Di antaranya rasa keju, kopi, dan coklat.

"Prosesnya memang agak ribet. Saya sengaja memilihnya karena jarang dilakukan pelaku UMKM lain," tutur perempuan yang aktif menjadi kader Aisyiyah Surabaya, itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun