Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Benarkah Pasar Ecoprint Sedang Mengendap?

17 Februari 2021   21:12 Diperbarui: 17 Februari 2021   21:27 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yayuk Eko Agustin, owner Namira Ecoprin. foto: dok namira ecoprint

Yayuk kemudian memasarkan produk-produknya. Kala itu, dia hanya mengandalkan penjualan online di media sosial, yakni di Instagram dan Facebook. Dari beberapa kali posting ternyata ada customer yang berminat membeli. Mulai dari kain dan kulit. Dari satu lembar, dua lembar, sampai puluhan lembar terjual. Yayuk makin bersemangat mengembangkan ecoprint.

Aktivitas bisnis ecoprint terus membesar. Hingga dia memutuskan untuk memakai sebagian rumahnya sebagai toko. Tempat display produk-produk buatannya.

Yayuk kemudian memberi nama tokonya, Namira Ecoprint. Nama Namira tercetus ketika dia umrah ke Tanah Suci. Waktu itu, dia sempat ke Masjid Namirah. Terletak di perbatasan antara Al-Haram dan Arafah. Tepatnya di arah barat Jabal Rahmah (Bukit Arafah). Di sana Yayuk bernazar, kelak jika dia punya usaha akan diberi nama Namira.

Dalam bahasa Arab, Namirah artinya princess. "Jadinya, mereka yang memakai produk saya pasti kesannya berkelas dan eksklusif. Cantik bagi perempuan. Cakep bagi kaum laki-laki," ucap Yayuk, lalu tersenyum. 

Yayuk mengakui, awal-awal pandemi, penjualan produknya melorot. Lebih 50 persen. Namun jelang akhir 2020, pasar ecoprint bergerak. Meski dia harus bertransformasi total ke bisnis online dengan segala kemampuan kreativitas juga inovasi untuk bertahan hidup dan menjadi lebih tangguh.

Dari aktivitas online, Yayuk mendapat customer kalangan menengah atas. Mereka bukan hanya berasal dari Surabaya, tapi kota-kota lain di Indonesia. Bahkan ada yang berasal dari Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

"Yang agak ramai dari Brunei. Pasar online memang luar biasa," kata Yayuk.

Sebulan, Yayuk mampu meraup omzet Rp 50 jutaan. Selain mendapatkan penghasilan, Yayuk bersyukur usahanya juga bisa dinikmati masyarakat sekitar rumahnya.

Yayuk berharap bisa terus melahirkan karya-karya berkualitas. Dia juga berhasrat berbagi ilmu kepada siapa pun. "Semoga secuil pengetahuan ini bisa bermanfaat." (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun