Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jakob Oetama dan Buku Sketsa Tokoh yang "Raib"

9 September 2020   22:23 Diperbarui: 3 Januari 2021   13:32 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakob Oetama di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (27/9/2016).(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULU 

Dahlan Iskan menyerahkan buku kepada Jacob Oetama. foto:RIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
Dahlan Iskan menyerahkan buku kepada Jacob Oetama. foto:RIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO

Kali pertama menyodorkan proof naskah buku, Dahlan Iskan bertanya, dapat ide dari mana menulis buku.

"Saya jawab terinspirasi buku Pak Jakob Oetama."

"Oh ya, buku yang mana?" ucap Dahlan penasaran.

"Judulnya Skesa Tokoh."

"Besok, bawakan buku itu. Saya ingin membacanya. Yang ini (proof naskah buku, red), saya bawa dulu," tutur Dahlan, lalu ngeloyor pergi.

Untuk sekadar tahu, buku Sketsa Tokoh, Catatan Jakob Oetama itu saya beli di Toko Buku Gramedia Surabaya Plasa. Toko buku itu langganan saya sejak SMP. Namun sayanganya sekarang sudah tidak beroperasi lagi alias tutup.

Dalam buku itu, Jacob Oetama menulis beberapa tokoh dan pahlawan, di antaranya, Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka (pakar bahasa Jawa kuno), Bahrum Rangkuti (sastrawan), H.B. Jassin (budayawan), Mang Udel (pelawak dan aktor) Biksu Sthavira Ashin Jinarakkhita, Bung Karno, Tjipto Mangunkusumo, dan H.O.S. Tjokroaminoto.

***

Saya sengaja menunggu Dahlan Iskan di lantai 4 Graha Pena Surabaya. Kebiasan Dahlan, dia datang ke kantor selepas Ashar, kemudian ikut rapat redaksi. Atau, di atas jam 9 malam, dia biasa ditemui di percetakan.

Perkiraan saya tak meleset. Sore itu, Dahlan terlihat keluar dari pintu lift. Kemudian berjalan menuju ruang redaksi. Saya bergegas mengejarnya. Dahlan berhenti lalu menoleh ketika saya panggil, "Pak Bos."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun