Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gunting Dukun Bayi

12 Desember 2019   12:14 Diperbarui: 12 Desember 2019   18:15 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jenazah (iStockphoto)

"Apa saya akan dihukum mati?" desir kegalauan dan ketakutan berkecamuk di hati Mbok Parli. Ia berasa berjalan di lorong panjang. Udara dingin makin menusuk balung. Hati Mbok Parli terasa remuk.

Dia pun berdoa, "Gusti Allah, selamatkan aku. Duh Gusti, ampuni hambaMu. Berat Gusti, berat" Suara batin itu terasa jauh. Sesenyap malam yang terus ditinggalkan bulan.

Mobil patroli terus melaju. Makin kencang. Hingga sampai ke sebuah pelataran cukup luas. Pelataran itu tak lain markas polisi.

Di markas itu, puluhan orang lalu lalang. Kebayakan orang-orang bermasalah dan berperkara. Mbok Parli berjumpa seribu satu wajah. Ada yang sedih, ada yang sumringah. Tak sedikit yang menatapnya penuh curiga.

Di pintu utama, Mbok Parli menatap sosok remaja usia sembilan belas tahun. Ia terus mengerang kesakitan saat dibopong dua orang polisi. Paha kirinya dibalut perban. Rambutnya dicukur gundul serampangan. Nampak jelas rembesan darah segar dari balutan perban putih. Dia, Mat Tobil (julukannya), penjarah perhiasan. Dia sudah lama jadi TO (target operasi) polisi. Semalam, ia ketangkap saat bersetubuh dengan wanita simpanan di pematang sawah setelah hampir setahun jadi buron.

Mbok Parli terus berjalan. Jantungnya menggigil. Kali ini
ia terperanjat melihat empat orang cewek usia belasan berparas ayu menangis sesunggukan. Keempatnya menundukkan kepala. Mereka itu kini jadi tersangka karena tepergok sebagai kurir narkoba jaringan Bandung-Jakarta-Surabaya-Bangkok.

Yang lain, ada pria perlente. Dia asyik mengisap rokok kretek. Pria itu ditemani dengan ramah dua orang polisi berpangkat letnan di ruang tamu Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Semula banyak yang mengira ia seorang advokat. Akan tetapi dari catatan kriminal, ia adalah Sukarto Masrun, pejabat eselon dua yang kini kesandung masalah korupsi kasus penjualan tanah ganjaran. Sukarto masih bisa bernapas, karena meski ditetapkan tersangka ia tidak ditahan. Namun Sukarto bikin konsensus terselubung dengan polisi. Sukarto harus keluar duit Rp 200 juta sebagai uang jaminan sehingga ia dikenai tahanan luar.

Tepat berhadapan dengan Ruang Tipikor, ada ruang unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter). Beberapa bergerombol orang. Mereka menunggu giliran panggilan. Sebagian besar sopir truk yang mengirim barang di pelabuhan. Kalau sudah dipanggil, para sopir menyerahkan beberapa lembar uang untuk mengambil STNK yang disita saat operasi ofensif.

***

Napas Mbok Parli makin tak terkontrol. Rasanya mau muntah berada dalam kepengapan ruang penuh kepulan asap rokok. Sesaat, kedua pundaknya ada yang menekan agar duduk di kursi.

"Berapa usia Mbok? Lettu Budi Harsono mengintrogasi di ruang Jatanras (kejahatan dan kekerasan) bersama dua polwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun