Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyanyi Tunanetra Ini Getarkan Panggung Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan

3 Desember 2019   22:12 Diperbarui: 5 Desember 2019   06:15 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Winarsih alias Wiwin tampil di Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan.foto:arya  wiraraja

Winarsih alias Wiwin. Perempuan kelahiran Surabaya, 22 tahun lalu. Anak pasutri Tri Sanyoto dan Sri Wahyuningsih. Keduanya sudah meninggal dunia. Sejak lahir, Wiwin sudah memiliki keterbatasan. Dia tunanetra dan autis.

Wiwin suka menyanyi sejak umur tiga tahun. Di rumah, dia selalu tenang bila mendengarkan musik. Baik di televisi, radio, maupun di handphone. Bukan cuma mendengarkan, Wiwin juga menghapal lirik lagu. Tak salah bila dia kerap menyanyi sendiri. Menyetel ulang lagu yang sudah didengar.

Suatu ketika, Wiwin diajak orang tuanya ke Stasiun Wonokromo. Mereka akan ke Mojokerto. Di ruang tunggu, mereka menikmati penampilan Dian Fitriana, penyanyi regular di stasiun legendaris tersebut. Wiwin yang duduk diapit orang tuanya,tiba-tiba minta menyanyi. 

"Tahun 2014 kalo gak salah. Iya, Wiwin diantar otang tuanya. Mau nyanyi, katanya. Saya lupa lagu apa. Pokoknya, Wiwin senang banget nyanyi bareng saya," tutur Dian.

Usai menyanyi, mereka mendapat tepuk tangan.  Dian mengajak Wiwin lagi menyanyi. Hingga beberapa lagu. Dian memberi sangu Wiwin sebelum mereka berpisah. Sri sempat menolak, namun akhirnya diterima. 

Beberapa pekan kemudian, Wiwin datang lagi bareng Sri. Dian kaget. Terlebih diberi tahu Sri, kalau Wiwin kepingin nyanyi lagi bareng Dian. Keinginan itu sempat dicegah, namun Wiwin merengek terus. Minta diantar ketemu Dian. Jadinya, mereka pun kembali "berkolaborasi".

Wiwin makin akrab dengan Dian. Mereka sering nyanyi bareng. Bukan cuma di Stasiun Wonokromo, tapi juga memenuhi job manten, khitanan, dan acara-acara kampung.

"Wis akhire koyok anek dewe. Wong nangdi-endi tak ajak nyanyi. (Akhirnya seperti anak sendiri. Di mana-mana saya ajak menyanyi, red)."

Hingga tahun 2014, Dian sempat bertemu dengan Sri yang saat itu tinggal di Banyu Urip, Surabaya. Sri yang kala itu sakit, berwasiat. Minta dengan sangat kepada Dian agar mau merawat Wiwin. Dian tersentak. Antara sedih dan bingung. Dian sempat menangis mendengar Sri berwasiah seperti itu.

Ketika Sri meninggal dunia, Dian memenuhi wasiat itu. Meski Wiwin masih ada keluarga di Banyu Urip. Dian membawa Wiwin ke rumahnya, di kawasan Ketintang, Surabaya. Wiwin diterima dengan tangan terbuka oleh keluarganya.

Dian mengaku terbebani. Justru ia merasa, kehadiran Wiwin membuat rezekinya mengalir deras. Job nyanyi gak pernah sepi. Bahkan makin banyak. Alhamdulillah, barokallah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun