Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar dari Dahlan Iskan dan Seminar Kegagalan

5 November 2019   16:29 Diperbarui: 5 November 2019   21:35 2904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dahlan Iskan(KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI)

Di kantor, saya menulis berita kampanye PK berlangsung meriah. Tentu saja dengan standar yang diterapkan Suara Indonesia. Ketika hampir selesai, saya kaget ada suara yang menegur saya. Setelah saya toleh, eh, Dahlan berdiri di belakang meja.

"Boleh saya mengedit tulisanmu?" pinta Dahlan.

Bagaimana mungkin saya menolak. Saya cuma heran, sebagai pimpinan, Dahlan masih minta izin mengedit tulisan saya. Ah, saya pun tersipu. Saya merasa tersanjung dengan perlakukan Dahlan itu/

Dia kemudian mau duduk di kursi saya. Dahlan menyilakan saya duduk di sebelahnya. Dahlan sempat bertanya beberapa fakta di lapangan kepada saya. Sekitar setengah jam dia mengedit tulisan saya. Saya deg-degan lihat hasil akhir sebelum dikirim ke redaktur. Karena Dahlan benar-benar merombak tulisan saya. Yang menurut saya jauh lebih "hidup", lincah, dan dialogis.

Pun Dahlan juga memberi catatan pada angle kedua. Intinya, dia salut dengan kampanye PK. Baru kali ini dia menyaksikan massa PK yang santun, damai, dan tertib berkampanye. Bahkan tak ada sampah berceceran di venue kampanye.

Kedatangan diam-diam Dahlan juga pernah dilakukan pada masa kampanye PDIP di Surabaya, 1998. Waktu itu, Dahlan yang menumpangi Mercy-nya, berada di tengah-tengah massa yang menyemut. Massa yang berkonvoi dari Tugu Pahlawan sampai Bundaran Waru. Dahlan sengaja datang untuk melihat euforia massa pendukung partai berlogo banteng moncong putih.

Dahlan menulis sendiri kejadian itu. Dengan gaya bahasa yang khas, kalimat pendek, dan deskriptif. "Saya ikuti kampanye itu. Luar biasa. Ternyata tidak terjadi apa-apa tuh. Aman-aman saja." 

***

Di kalangan orang terdekat, Dahlan Iskan disebut jurnalis dan pebisnis yang ulet, gesit, dan nggak pedulian. Slamet Oerip Pribadi, teman dekat Dahlan Iskan semasa babat alas di Tempo Biro Jatim, menuturkan, kelebihan Dahlan membaca situasi dan kecermatan menulis berita, sangat memengaruhi kesuksesan dia.

"Sense of news, keberanian dia melakukan terobosan nilainya bisa dibilang di atas rata-rata," katanya.

Kali pertama datang ke Surabaya tahun 1977, Dahlan hanya membawa tas kumal berisi pakaian. Ketika itu, selain menjabat kepala biro Majalah Tempo Jatim, Dahlan juga membantu Mingguan Ekonomi Indonesia. Berkantor di Jl Raya Gubeng 41, Surabaya. Dari tinggal di losmen kecil di Jalan Genteng, Surabaya, beberapa bulan kemudian, Dahlan mengontrak rumah kecil di Kampung Kertajaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun