Mohon tunggu...
Agustus Sani Nugroho
Agustus Sani Nugroho Mohon Tunggu... Advokat, Pengusaha -

Lawyer, Pengusaha, Penulis, Pemerhati masalah sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terima Kasih Pak Prabowo: Pilpres Kali Ini Sungguh Kaya Rasa

12 Agustus 2014   16:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:45 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo gedung-mahkamah-konstitusi_zpsd89d3222.jpg

Baca KOMPAS pagi hari ini, 12 Agutus 2014, dengan Headline News "TIM PRABOWO SALAH DATA". Dalam dua kali sidang Pembuktian di Mahkamah Konstitusi, hampir semua saksi dari tim Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mempersoalkan data pemilih di daftar pemilih khusus tambahan. Namun, data yang diungkap itu ternyata salah. Bahkan sejumlah TPS yang dipersoalkan tersebut TIDAK ADA. Wadoooh... tiba-tiba jadi teringat adanya paranormal (dukun) yang ikut mendatangi dan melakukan semacam ritual di Gedung MK saat mengajukan gugatan lalu. Mestinya Beliau tidak ikut menyusun Gugatan kan ? Sekedar mengingatkan acara peradilan di Mahkamah Konstitusi ini adalah proses hukum, dan bukan dunia gaib. Tujuannya untuk menegakkan kebenaran dan diperolehnya keadilan, bukan sekedar kemenangan. Dalam kesaksiannya di sidang kedua lalu, Nurul Amalia, Anggota KPU Kota Surabaya, mengatakan:

"Data terkait TPS di SUrabaya tak betul. Misalnya di Kecamatan Moojo, Kelurahan Gubeng, pemohon menyoal TPS 95. TPS itu tak ada karena di Mojo maksimal TPS 82. Di Kelurahan Babatan, Kecamatan Wiyung, ada keberatan tentang DPKTb di TPS 48. Padahal di Wiyung maksimal TPS 44. Di kelurahan Sono Kawijenan, Kecamatan Sukomanunggal, dipersoalkan beberapa TPS, yaitu TPS 20, 22 dan 23. Disana, maksimal TPS 16. Tanjung Sari dipersoalkan TPS 26, 28 dan 46, sedangkan disana maksimal TPS 24. Putat Gede dipersoalkan TPS 24, 35, dan 38. Padahal disana maksimal TPS 13."

Biasanya sesuatu yang "Mahal" selalu diidentikkan dengan atau mendapat image "Kaya" dan "Berkelas". Namun Pilpres kali ini sangat berbeda. Walau sangat mahal biayanya, kita malah mendapat kesan "LUCU" seperti sebuah acara komedian. Bahkan sangking lucunya, Pilpres ini membuat khawatir para komedian di negeri ini. Mereka mulai merebak-rebak apakah jangan-jangan para politisi ini sudah mulai kehilangan kerjaan dan mulai merambah kebidang yang selama ini mereka geluti. Memberi hiburan segar lawakan kepada rakyat di negeri ini ? Disisi lain mau dibilang lucu kok ya kadang keterlaluan.. Kadang yang muncul malah rasa kasihan, sedih, jengkel, heran. Kasihan karena Pak Prabowo yang sudah menghabiskan begitu banyak waktu, energi dan uang selama lebih dari 10 tahun berusaha jadi Presiden, sekarang terjungkal hanya gara hadirnya seorang "Kurus yang Ndeso" itu yang entah kenapa berhasil mencuri hati rakyat dibandingkan Bapak yang kata Amin Rais "Ganteng dan Kaya (banyak harta)". Kasihan juga entah kenapa kok terkesan Bapak sangat sering sekali dapat masukan atau informasi yang salah dari orang-orang sekitar Bapak, dan kemudian Bapak terkesan menggunakannya tanpa melakukan pengecekan ulang, lalu kemudian dipermalukan dihadapan rakyat. Sedih, karena melihat segala proses demokrasi yang sesungguhnya sudah sangat baik dan transparan (walau tentu belum sempurna) ini kemudian terkesan sia-sia dan menimbulkan banyak friksi dan bibit-bibit perpecahan di masyarakat akibat begit banyak kebencian (bukan visi-misi atau nilai-nilai positif Capres) yang ditebar dan dikembangkan selama proses itu, lagi-lagi berdasarkan info-info yang tidak berdasar (kalau gak mau dibilang fitnah). Sedih karena sesungguhnya cukup banyak rakyat yang lugu dan polos yang terjebak,  dimanfaatkan dengan cara-cara yang kurang baik tidak mendidik, untuk mendukung sebuah pilihan politik yang seharusnya dapat mereka lakukan berdasarkan kesadaran penuh setelah menilai para calon pemimpin negeri secara objektif dan transparan. Jengkel, karena seharusnya energi bangsa ini tidak terserap terus menerus mengurusi urusan politik, sementara ada banyaaaaak sekali PR bangsa ini yang harus diselesaikan bersama oleh Pemimpin dan juga rakyatnya. Jengkel karena masih aja Kubu Prahara ngotot, ngeyel, pokonya harus menang, namun tidak pernah dapat menunjukkan bukti bahwa mereka memang dipilih oleh mayoritas rakyat negeri ini; lalu mereka mulai memperlebar masalah kemana-mana mulai dari menuduh adanya kecurangan yang masif, terstruktur dan sistematis, hingga menuduh negeri ini sebagai sebuah negeri yang Totaliter, Fasis dan Komunis. Beberapa kelompok masyarakat disisi lainnya bahkan sudah sangat-sangat gemas hingga mencapai tingkat marah (bukan hanya jengkel saja), melihat apa yang dilakukan Kubu Prahara mulai dari masa Kampanye hingga saat ini yang terkesan sibuk membalik-balikkan fakta. Namun kenyataannya,  justru yang terlihat lebih marah adalah Kubu Prahara sehingga ucapan-ucapan tak pantas mulai keluar, mulai dari tuduhan negeri ini lebih jelek demokrasinya dibanding Korea Utara (yang jelas-jelas negara komunis dan tak ada demokrasi), hingga yang menyebutkan proses ini sebagai Jihad fisabilillah, Prabowo adalah Titisan Allah SWT, yang mendesak Tuhan untuk memenangkan Prabowo, yang berorasi secara terbuka dimuka MK akan dan mengajak jika kalah untuk membentuk milisi, membakar Istana negara, menangkap dan menculik Ketua KPU, hingga memilih mati dan banyak lagi. Sebaiknya kita semua belajar meredam kemarahan, karena tidak akan membuat atau membawa hasil yang lebih baik bagi negeri ini. Heran, karena sudah sedemikian banyak fakta dan data yang nyata ada didepan mata, entah kenapa Prahara dan para pendukungnya masih saja tak dapat melihat realitas ini dan menerimanya dengan lapang dada. Terlepas dari segala rasa Lucu, Kasihan, Sedih, Jengkel, Heran yang bercampur aduk itu, sesungguhnya ada rasa lain yang pada diri saya sendiri yang kebetulan berprofesi sebagai seorang advokat turut berkecamuk, yaitu rasa malu.  Walau saya tidak terlibat sebagai Kuasa Hukum Bapak, rasanya kok ya sedemikian tak berkualitas yang gugatan yang disusun ? Bukankah ini forum Hukum yang sama-sama kita hormati untuk menegakkan kebenaran dan memperoleh keadilan ? Bukankah bukti-bukti (yang kuat) harusnya sudah dipersiapkan sebelumnya untuk mendasari sebuah gugatan, apalagi ini gugatan yang sangat serius kepada KPU dan Negara sebagai penyelenggara Pemilu bahwa telah terjadi kecurangan yang masif, terstruktur dan sistematis ? Bukankan saksi-saksi juga harus dipilih dan dipersiapkan yang sungguh-sungguh "MENYAKSIKAN" sendiri (melihat atau mendengarkan sendiri) telah terjadinya kecurangan-kecurangan tersebut dan bukan yang hanya berdasarkan laporan-laporan yang tidak jelas dan berdasarkan "katanya-katanya doank" sehingga tidak dapat memperkuat gugatan yang diajukan dan membuktikan adanya kecurangan-kecurangan itu ? Bukankah Profesi Advokat dalam UU adalah termasuk sebagai pilar penegak hukum justru karena profesionalisme nya dan diharapkan dapat membantu menegakkan kebenaran dan diperolehnya rasa keadilan dan bukan sekedar untuk menang-menangan semata (walau tanpa dasar) ? Entahlah.. *geleng-geleng kepala... Terlepas dari semua yang terjadi itu, kembali ucapan terima kasih kiranya perlu disampaikan kepada Pak Prabowo karena dengan apa yang dilakukan oleh Kubu Prahara, Pilpres kali ini sungguh jadi penuh aneka rasa, kaya rasa. Salam INDONESIA RAYA. *Foto Gedung MK diunduh dari sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun