Mohon tunggu...
Agustus Sani Nugroho
Agustus Sani Nugroho Mohon Tunggu... Advokat, Pengusaha -

Lawyer, Pengusaha, Penulis, Pemerhati masalah sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hasil Debat Kedua Berimbang, Tapi Jokowi Sangat Cerdas dan Cerdik

16 Juni 2014   16:35 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:31 2165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini adalah kutipan status yang saya tulis di FB saya setelah debat Capres kedua malam tadi:

"Dalam debat kali ini 2 session pertama menurut saya Jokowi agak grogi, terlalu sempit dan kurang tajam. Bisa dibilang dalam 2 session pertama Prabowo lebih baik. Tapi dalam 2 session tanya jawab Jokowi lebih bagus dan dimenangkan Jokowi. Pada bagian Kesimpulan, sama baik walau berbeda penekanan. Jadi secara objektif menurut saya debat kali ini square (sama kuat)."
Demikianlah kira-kira pandangan umum saya. Namun, jika saya melihat lebih dalam ada beberapa point yang menurut saya Jokowi benar-berhasil dalam proses debat ini dan Prabowo terbawa masuk lebih dalam dalam pernyataan-pernyataannya yang justru memojokkannya atau koalisinya sendiri. Coba lihat point-point ini.

1.  Kali ini topik debat berkitas diseputar masalah ekonomi dan keuangan. Prabowo terus menerus menekankan bahwa demikian besar kebocoran APBN dan APBD kita yang menurut KPK Rp.7000 Trilliun pertahun dan perhitungan yang dipergunakannya  setidaknya Rp.1000 trilliun, yang sudah merupakan angka yang fantastis. Dan, dia menyebutkan itulah sumber pendapatan yang akan dipergunakannya untuk mewujudkan pembangunan dan penguatan ekonomi Indonesia. Kalau memang kebocoran Anggaran Negara kita sedemikian besar, apa yang sesungguhnya dilakukan oleh pasangan Cawapresnya, Hatta Rajasa yang terakhir justru menjabat sebagai Menko Ekuin dalam Pemerintahan dan sudah berada dalam kabinet selama 2 periode pemerintahanan SBY ?  Mengapa Menko Ekuin tidak melakukan langkah-langkah yang cukup untuk mencegah terjadinya kebocoran yang besarnya luaaaaarrrr biasa itu ? Lantas terobosan apa yang dapat ditawarkan oleh Pasangan ini jika Cawapresnya adalah orang yang ada dalam pemerintahan yang dikatakan Prabowo APBN nya bocooooorrrrr besar-besaran itu ? Ini kan sama aja artinya dengan mengatakan bahwa Cawapres saya, Hatta Rajasa yang merupakan Menko Ekuin dalam Pemerintahan yang saya kritik, sesungguhnya adalah orang yang turut terlibat dalam bocornya lebih dari Rp. 1000 trilliun anggaran negara. Itu tampaknya menjadi resiko Prabowo memilih orang "lama" asal kabinet Pemerintahan yang sekarang berkuasa.Itu kan sama saja dengan menampar keras Cawapresnya sendiri.

2. Ketika diberi kesempatan bertanya, Jokowi langsung masuk ke soal Ekonomi Kreatif. Pemilihan topik ini menunjukkan bagaimana Prabowo kehilangan jawaban karena selama ini tidak pernah menyebut dan membahas masalah ini dalam kampanye-kampanyenya. Padahal sektor ini akan didominasi oleh anak-anak muda dan para pengusaha kecil dan menengah yang merupakan bagian utama dari "Ekonomi Kerakyatan" sebagai moto Koalisi Prahara. Ini saya kutipkan jawaban Prabowo:

"Ekonomi Kreatif adalah sangat pening bagi kita, karena tadi, jumlah pemduduk kita sangat besar, dan anak-anak muda kita sangat banyak. Kemudian, Ekonomi Kreatif ini adalah bidang dimana kita bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain. karena itu, memang pemerintah, siapa pun yang memimpin, dimasa yang akan datang, harus investasi besar-besaran dibidang pendidikan, untuk mendorong kualitas generasi muda kita, sehingga ekonmi kreatif ini, bisa menghasilkan suatu nilai tambah bagi bangsa kita. jadi saya sangat mendukung setiap upaya, setiap program untuk meningkatkan persaingan kita, daya saing kita dibidang Ekonomi Kreatif. Disinilah mungkin keunggulan bangsa kita karena kita juga punya naluri seni di darah kita. Kita punya naluri seni, rakyat kita punya bakat, dibidang-bidang kreativitas dan kalau ini diberi kesempatan ini bisa menghasilkan sesuatu devisa yang banyak  di alam abad ke-21. Dimana sekarang banyak sekali perkembangan teknologi, mengarah kepada teknologi maya, teknologi telematika. Saya sangat mendorong pembangunan Ekonomi Kreatif."
Jawaban Prabowo tidak salah, tapi sangat normatif dan mengambang. Sangat terlihat, dia tidak mengetahui betul wilayah ini. Dan saat kemudian, Jokowi diberi kesempatan menanggapi dan mengelaborasi secara detail dan lebih membumi, lalu bertanya lebih tajam kepafa Prabowo "Bagaimana Ekonomi Kreatif ini bisa dibawa ke manca negara, ...?". Prabowo menanggapinya sebagai berikut:

"Baik. Ee.. Saudara Joko Widodo dan saudara-saudara sekalian, Ini team penasehat saya mengatakan, apapun nanti, jangan pernah setuju dengan yang disampaikan saudara Joko Widodo. Jangan pernah setuju. Itu nasehat, tapi saya ni bukan politisi profesional. Saya kalau ide bagus, saya harus bilang bagus. Jadi saya tidak dengar. Saya tidak mau dengan penasehat saya. Saya.. yaaa.. sejalan dengan saudara Joko Widodo."
Lalu, Prabowo berjalan menghampiri, memberi jabatan tangan dan memeluk Jokowi... Lau dia melanjutkan:

"Dan.. Ya, bagaimana ? Masak harus gak setuju ? Kalo yang  idenya bagus, gak setuju ? Iya kan ? Maaf ya, kali ini saya gak ikuti nasehat penasehat saya. Dan saudara-saudara, kalau Ekonomi Kreatif, saya hanya punya anak satu dan anak saya memang bergerak di Ekonomi Kreatif, dan dia sebagai designer dia juga sudah muncul di manca negara. Ya.. Jadi yaa.. saya kalau soal itu ya terima kasih. Saya dukung saudara Joko Widodo"
Apa yang bisa kita tangkap dari dialog dan adegan ini ? Jokowi masuk ke wilayah yang tidak dikuasai dan sekaligus menyentuh nurani Prabowo. Prabowo sama sekali tidak menjawab pertanyaan Jokowi "Bagaimana Ekonomi Kreatif ini bisa dibawa ke manca negara, ...?", dan secara sportif malah menyatakan dukungannya Joko Widodo. Di balik sportivitas Prabowo yang sangat saya apresiasi, kita juga mencatat bahwa Prabowo tidak menguasai bidang ini dan tidak menjawab pertanyaan jokowi.

3. Jokowi "sengaja" menggunakan istilah-istilah teknis berkaitan dengan pengelolaan Ekonomi Pemerintahan. Pertama-tama Jokowi menanyakan "pandangan Prabowo mengenai DAU dan DAK". Kali ini cukup baik, Prabowo walau jawabannya balik lagi dan balik lagi pada issue kebocoran APBN, beliau mengetahui bahwa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) adalah merupakan bagian dari APBN untuk mendistribusikan anggaran pusat kepada daerah-daerah.

Namun, ketika Jokowi lebih lanjut memberi pertanyaan  pada Prabowo tentang TIPD, Prabowo telihat gamang dengan jawabannya dan dia tak mau (atau tidak dapat) menjelaskan lebih jauh walau Moderator masih memberi tau, waktunya masih banyak (masih tersisa sekitar 1,5 menit). Coba simak detail dialognya  sbb:

Jokowi: "Bagaimana cara meningkatkan peran.. Ini.. Ini soal rakyat ini. Bagaimana cara meningkatkan peran TPID..?"

Lagi-lagi ini pertanyaan langsung menohok keras, sehingga Prabowo harus bertanya dulu: "Tolong, singkatan TPID bagaimana Pak ?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun