Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Persaingan Ketat dalam Jarak Rapat

10 November 2019   02:14 Diperbarui: 10 November 2019   02:33 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Lha, terus, seberapa banyak konsumen hingga pelanggan paling loyal (loyalis)?

Saya bukanlah seorang peneliti. Tentu saja, saya tidak perlu repot menjadi peneliti "kagetan" serta-merta menghitung jumlah orang, kebiasaan belanja sehari-hari, jumlah minimarket lainnya, sampai kelompok loyalis keduanya.

Dan, karena bukan peneliti, saya pun tidak perlu repot berhitung mengenai untung-rugi dalam persaingan keduanya. Meski begitu, ditambah orientasi profit bagi setiap pelaku bisnis, soal "untung-rugi" terkadang mengusik benak saya.

Mustahil pebisnis waralaba semacam keduanya rela menerima kerugian, bahkan sering kali menerima kerugian, 'kan?

Keuntungan profit itu sudah pasti, tetapi bagaimana dengan "untung-rugi" dalam persaingan ketat berjarak padat itu?

Pemikiran saya justru bertolak belakang dengan realitas, 'kan? Toh, apa pun pemikiran saya, gerai keduanya bisa berlomba-lomba untuk menguasai sekian meter di pinggir jalan sampai pelosok perkampungan, 'kan?

Mungkin karena latar kekampungan saya, mudahlah terjadi keterkejutan dalam pemikiran saya itu. Mungkin saya lupa bahwa di pasar tradisional pun para pedagang singkong, ikan asin, bumbu dapur, dll. bisa "bersaing" secara bersebelahan lapak, dan persaingan dalam jarak paling rapat terjadi setiap hari.  

Oh, jangan-jangan, bukan karena kampungan yang lupa pada "persaingan" pebisnis dalam satu ruang, tetapi justru saya tergolong kepo orangnya?

Saking (karena terlalu) kepo, saya pun lupa lagi bahwa rezeki sudah ada yang mengaturnya. Tidak akan bisa diserobot, dicuri, dibatalkan, atau apalah oleh siapa pun. Masing-masing sudah memiliki porsinya. Betul, tidak?

Ah, sudahlah. Bodo amat-lah. Saya mau menulis hal lainnya, ah!

 

*******

Ruang Lebur Cibubur, 28 Oktober 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun