Ah, sudahlah. Saya tidak pernah meyakini bahwa nama saya beserta angka rupiah akan tertera di K-Rewards sejak saya menolaknya pada beberapa waktu silam. Orientasi saya sejak awal bergabung memang bukan untuk meraih seberapa rupiah yang layak.
Ketika saya menolak, ada rekan kompasianer yang menanyakan perihal alasan penolakan saya, apalagi profil saya terverifikasi dengan bulatan  biru, dan ada artikel saya yang berpotensi mendulang angka cukup meyakinkan. Mungkin karena saya sudah berduit melalui jasa perancangan arsitektur, pikirnya.
Sejujurnya saja dan yakinlah bahwa saya belum juga berduit. Tidak sedikit calon pengguna (user) jasa saya enggan membahas harga jasa alias meminta gratis saja. Hal semacam itu, sih, biasa-biasa saja bagi saya.
Kalau memang begitu, untuk apa saya mau repot menulis dan menayangkannya di Kompasiana?
Bukan untuk apa, melainkan untuk siapa yang mau membaca pemikiran saya dalam wujud tulisan. Soal "siapa yang mau", ya, terserah siapa-lah. Apakah pemikiran saya berfaedah ataukah diacuhkan oleh siapa saja, ya, juga terserah saja.
Saya, sih, hanya mau memikirkan hal-hal yang mudah, karena dalam kehidupan sehari-hari saya selalu menghadapi hal-hal yang susah serta payah. Dengan memikirkan hal yang mudah, saya meyakini bahwa saya bisa santai ketika menulis sambil sesekali mendengarkan lagu cinta yang tercedera.
*******
Kupang, 6 September 2019