Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Air yang Tersia-sia di Pinggiran Kota Gersang

22 Agustus 2019   00:17 Diperbarui: 22 Agustus 2019   19:17 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapun kalkulasi biaya per bulannya sebesar Rp280.000,00. Itu pun kalkulasi teoretis-matematis.

Fakta yang saya temukan adalah sebagian rumah tangga di perumahan bersubsidi itu membutuhkan air sebanyak 5.000 liter per lima hari. Dengan kata lain, selama satu bulan sebagian rumah tangga membutuhkan air bersih sebanyak 30.000 liter.

Maka, dalam satu bulan saja, sebagian warga perumahan bersubsidi itu harus mengeluarkan uang sebesar Rp420.000,00. Selisihnya sebesar Rp140.000,00 dengan kalkulasi teoretis-matematis.

Sebuah Ironi yang Disusul Ironi Lainnya
Pada awal tulisan saya sudah menyinggung "perumahan bersubsidi" dan "rumah tinggal sederhana". Artinya, perumahan itu sewajarnya dihuni oleh masyarakat berekonomi menengah ke bawah.

Menurut saya, itu merupakan ironi pertama. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama satu bulan, para penghuninya harus mengeluarkan uang sebanyak Rp280.000,00 sampai Rp420.000,00.

Ironi kedua, dan faktual, saya sempat melihat secara langsung adanya air yang tersia-siakan, yaitu pada 18 Juli, 5 dan 8 Agustus. Paling parah terjadi pada 5 dan 8 Agustus.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
"Tersia-siakan" yang saya maksudkan adalah air terbuang percuma karena pipa per blok perumahan yang putus, dan sebagian keran dalam kondisi terbuka.

"Paling parah" yang saya maksudkan adalah durasi air mengucur secara deras selama lebih 8 jam. Menurut informasi dari obrolan beberapa warga, sejak sebelum pkl. 06.00 s.d. pkl. 16.00 air bersih mengucur.   

Saya tidak sanggup menghitung jumlah air bersih yang tersia-siakan selama lebih 8 jam itu.

Lagi-lagi Soal Pemantauan, Perbaikan, dan Perawatan
Selama lebih dua bulan sering berkunjung ke kawasan perumahan bersubsidi itu, saya sama sekali tidak menemukan petugas terkait, baik dari pihak pengembang (developer) maupun dinas berwenang, dalam hal pemantauan, perbaikan, dan perawatan pipa-pipa galvanis untuk air bersih.

Pipa-pipa masih berada dalam kondisi mengenaskan. Bengkok, putus, dan potongannya. Semua kondisi mengenaskan itu terlihat secara jelas, meskipun petugas atau pihak berwenang sama sekali tidak pernah terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun