Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersalaman Sebelum Berpulang

2 Juni 2019   22:56 Diperbarui: 2 Juni 2019   23:17 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam prosesi pemakaman Any Yudoyonan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan (Minggu, 2 Juni 2019) pasca-sengketa Pemilu 2019, Megawati Soekarnopoetri hadir dan bersalaman dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Tentu saja sorotan hadirin, pemirsa, dan kamera tidak ingin luput dari peristiwa itu.

Ya, sebagian pengamat politik Indonesia sangat mengenal kondisi komunikasi di antara kedua mantan presiden RI tadi. Banyak ulasan dan jejak digital yang masih bisa dibaca kembali mengenai hubungan keduanya. Intinya, ya, sempat begitulah.

Akan tetapi, prosesi pemakaman mantan ibu negara sungguh-sungguh sebuah peristiwa kemanusiaan yang paling hakiki. Kepergian kekal yang memisahkan antarmanusia, dan tidak pernah luput dari setiap manusia dalam sebagian kepercayaan-keyakinan. Juga kehadiran orang tertentu yang menyatukan antar ]manusia, dan tidak pernah luput dari keniscayaan.

Prosesi itu pun berada dalam Ramadan (bulan puasa umat Islam). Sebentar lagi Idulfitri 1440 H, dan sebagian Muslim berduyun-duyun untuk pulang ke kampung halaman (mudik). Di sini pula hakikat makna "mudik" sedang disaksikan bersama.

Apa yang dibawa "pulang" bagi yang pergi? Apa pula yang akan dibawa "pulang" bagi yang sedang "antre"? Bukankah politik dan perasaan (egoisme) hanyalah suatu kurun waktu, dan kematian senantiasa membisikkan nasihat sepanjang hayat?   

Beginilah makna duka dan cinta-kasih-sayang bagi siapa saja --termasuk Penulis ini--yang pasti berpulang kepada Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sebagaimana hakikat fitrah manusia. Terima kasih atas realitas pembelajaran yang penuh cinta ini.

*******
Kupang, 2 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun