Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mirisnya Pendidikan Integritas ala Tiga Emak-Emak

27 Februari 2019   02:19 Diperbarui: 27 Februari 2019   03:05 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Emak-emak atau ibu-ibu merupakan figur terpenting dalam keluarga. Posisinya sejajar/setara dengan bapak-bapak. Emak-bapak adalah pendidik pertama dan terutama dalam pembentukan integritas (intelektualitas, mentalitas, emosionalitas, dll.) seorang anak. Sepakat, tidak?

Pada 13 Februari 2019 jagat maya digemparkan oleh video yang menayangkan tiga emak-emang sednag melakukan kampanye hitam di sebuah rumah warga. Kejadiannya di Karawang, Jawa Barat.

Dalam video itu, kabar Detik.Com, perempuan tersebut berbicara dalam bahasa Sunda kepada warga saat kampanye door to door. Warga diberi penjelasan, jika Jokowi menang, azan akan dilarang dan pernikahan sesama jenis diperbolehkan.

"Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tieung. Awewe jeung awene meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin," kata perempuan di video yang viral.

Jika diartikan, ajakan itu memiliki arti: Suara azan di masjid akan dilarang, tidak akan ada lagi yang memakai hijab. Perempuan sama perempuan boleh kawin, laki-laki sama laki-laki boleh kawin.

Selain Detik.Com, tentunya, dikabarkan juga oleh media-media lainnya. Salah satunya oleh Merdeka.Com.

"Ya (mereka relawan Pepes). Relawan Pepes terdaftar di BPN Prabowo-Sandiaga. Tapi cara kampanye emak-emak ini di luar dari cara-cara dan SOP kampanye dari BPN Prabowo-Sandiaga," kata Juru Bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (26/2).

Ketiga ibu-ibu itu kini ditetapkan tersangka atas dugaan kasus kampanye hitam kepada Jokowi. Andre menyebut pihaknya akan mengirimkan tim pengacara untuk memberikan pendampingan hukum.

Sepakat atau tidak, ketika emak-emak tersebut, bahkan emak-emak lainnya sebelumnya (ah, tahu sendirilah), secara aktif-agresif andil dalam penyelewengan pendidikan integritas generasi muda, minimal di lingkungan keluarganya sendiri. Kalau video itu disebarkan, dan menjadi acuan emak-emak lainnya, tentu saja, penyelewengan pendidikan integritas semakin marak (massif).

Emak-emak semacam itu pun sedang gencar melakukan degradasi pendidikan dalam arti sebenarnya. Politik praktis dalam kampanye Pilpres hanya bersifat situasional (sesaat). Akan tetapi, fitnah atau kampanye hitam bukanlah sesaat, melainkan sesat dan mendoktrinisasi banyak orang terhadap sosok (figur) seorang Jokowi yang menjadi Petahana (Capres 01).

Emak-emak itu tidak akan pernah berpikir panjang mengenai dampak dari fitnah mereka terhadap sosok Jokowi hingga kelak kembali menjadi rakyat biasa. Yang terdoktrin dalam benak anak-anak hingga besar atau dewasa adalah Jokowi adalah presiden seperti apa yang emak-emak mereka fitnahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun