Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Slamet Sudharto, Pahlawan Tidak Minta Dikenal

10 November 2018   16:04 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:15 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1948/1949. Dari Malang hendak ke Surabaya. Ada misi khusus yang dibawa oleh Slamet Sudharto. Ia adalah anggota Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) atau Tentara Pelajar. Bergabung di Bataliyon 5000 Detasemen I wilayah Jawa Timur, dipercaya sebagai salah seorang pemegang senapan mesin, dan pernah terlibat pertempuran sengit di Malang pada 1947.

Di perjalanan rombongannya melihat pasukan Belanda sedang mengadang. Ada operasi milter dalam rangka agresi Belanda jilid II.

Ada dokumen yang dibawa. Salah satunya berupa identitas sebagai anggota Tentara Pelajar. Tentu saja berbahaya. Harus segera "diamankan" sebelum sampai di area pemeriksaan.

Tugas sampai Surabaya lebih utama. Dokumen bisa diambil lagi nanti seusai tugas. Begitu yang terlintas di benaknya.

Di tepi jalan ada kebun tebu. Sedikit gerakan dianggap perlu untuk sebentar menyembunyikan dokumen di antara batang dan guguran daun tebu kering.

Kemudian perjalanan dilanjutkan. Tidak berapa lama sampai di area pemeriksaan. Rombongan diperiksa. Penggeledahan dilakukan. Tidak perlu waktu lama, penggeledahan selesai, dan perjalanan boleh dilanjutkan.  

***

1948/1949. Dari Surabaya hendak kembali ke Malang. Misi khusus selesai. Pendidikan harus dilanjutkan untuk diselesaikan. Sebab, ada perjalanan jauh lagi yang diamanatkan oleh Bung Karno dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Nanti, selesai pendidikan di Malang, ia akan pulang ke Madiun. Sebentar saja di Madiun untuk berpamitan kepada orang tuanya sebelum menunaikan amanat negara. Leluhur orang tuanya adalah anggota Laskar Mataram, Surakarta, pada masa Raden Ayu Retno Dumilah berkuasa di Madiun ( 1580-an).

Sungailiat dalam bayangannya adalah tempat yang dekat dengan Sungaigerong yang telah menjadi tempat kawannya berkarya sebagai guru sekolah teknik. Maklum saja, kata "sungai" dikiranya masih bertetangga sebagaimana Sungai Bengawan di Madiun dan Surakarta.

Sambirejo dalam Google.Maps
Sambirejo dalam Google.Maps
Madiun, tepatnya Sambirejo, memang tempat kelahirannya. 5 November 1929. Kampung di sebelah barat Kota Madiun dan Sungai Bengawan tidaklah jauh atau kira-kira 9 km dari Pangkalan Udara Maospati yang dibangun Belanda pada 1940.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun