Karikatur merupakan salah satu nama rubrik di harian Victory News (VN)--sebuah media massa-cetak bersemboyan "Jujur & Cerdas" di NTT. Tokohnya bernama "Om Neo", yang diciptakan oleh Nelson Riberu--alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Bali.
Keunikan rubrik "Karikatur" yang muncul pada edisi Minggu itu adalah, pertama, keleluasaannya tampil dalam satu lembar (halaman). Biasanya berada di halaman 12.
Keunikan kedua, Om Neo bisa tampil dengan topik yang berbeda-beda. Biasanya empat topik.
Om Neo tampil dengan karakter khas NTT, khususnya Kupang. Karakter fisik berupa wajah dengan bentuk rambut dan lekuk hidung. Karakter non-fisik berupa bahasa dalam balon kata.
Kata "neo" pada Om Neo, sekilas, seperti "baru" atau "moderen" dalam bahasa Yunani, misalnya pada istilah "Neokolonialisme", "Neokapitalisme", dan lain-lain. Atau bermakna, misalnya menikmati misteri hidup, tidak mudah dibodohi, terbuka pada kesempatan.
Dalam pergaulan orang NTT, khususnya Kupang, "neo" bisa berarti "ya, sudah", "silakan", atau "terserah".
Salah satu contoh kemunculan Om Neo dapat dilihat pada VN edisi Minggu, 16 September 2018, di hlm.12.
Topik pertama, "Membersihkan ASN". Judul topik sama dengan judul kolom Editorial pada edisi satu hari sebelumnya (hlm.4, Sabtu, 15/9).
Topik kedua, "Imigran dan Perdagangan Manusia". Judulnya sama dengan tulisan di kolom Editorial pada dua hari sebelumnya (hlm. 4, Jumat, 14/9).
Topik ketiga, "Proyek-proyekan". Judulnya sama dengan tulisan di kolom Editorial pada lima hari sebelumnya (hlm. 4, Selasa, 11/9).
Topik keempat, "Tantangan Membangun Motivasi Membaca".Â
Nah, di situlah menariknya Om Neo sekaligus rubrik "Karikatur" yang, barangkali, tidak ada di harian-harian daerah lain ataupun harian nasional. Sekali lagi, keunikan itu adalah tampil leluasa-seutuhnya dalam satu lembar, dan berisi empat topik yang berbeda.
Karikatur
Mungkin, bagi sebagian orang, penamaan rubrik (Karikatur) itu wajar-wajar saja karena menganggap Om Neo berjenis karikatur  Atau, mau jenisnya karikatur atau rubriknya "Karikatur", yang penting gambarnya lucu. Begitu, ya?
Mungkin juga sebagian orang menganggap, karikatur adalah kartun opini, dan kartun opini adalah karikatur. Benarkah anggapan itu?
Pengertian mengenai karikatur yang mudah ditemukan oleh kalangan milenial, salah satu sumber sederhananya, ialah di Wikipedia.Com. Di situ juga tertera satu contohnya.
Masih menurut Wikipedia, kata "Karikatur" berasal dari kata dalam bahasa Italia, caricare, yang berarti memberi muatan atau melebih-lebihkan. Pada abad ke-18 karikatur telah menjangkau masyarakat luas melalui media cetak, dan, terutama di Inggris, telah menjadi sarana kritik sosial dan politis.
Pada abad berikutnya, masih Wikipedia, berbagai majalah satire menjadi media utama karikatur; peran yang kemudian dilanjutkan oleh surat kabar harian pada abad ke-20. Selain sebagai bentuk seni dan hiburan, karikatur juga telah digunakan dalam bidang psikologi untuk meneliti bagaimana manusia mengenali wajah.
Dari Wikipedia terdapat tiga hal penting, yaitu "melebih-lebihkan ciri khas objek", "subjek yang dikenal", dan bidang lainnya untuk "mengenali wajah". Intinya, ciri khas dan wajah yang dikenal.
Pengertian termudahnya, karikatur merupakan gambar mengenai seseorang yang telah mengalami "operasi wajah" untuk menguatkan ciri khas atau karakter seseorang tersebut sehingga orang lain semakin mengenali bahkan mengingatnya.
Karikatur pun tidak selalu difungsikan untuk mengkritik atau mengolok objek, subjek, atau sosok yang dikarikaturkan. Ada karikatur untuk suvenir pembicara dalam sebuah seminar, untuk hadiah ulang tahun, untuk sebuah apresiasi atau peringatan tertentu, dan seterusnya.
Barangkali sebagian orang media massa-cetak menyebut rubrik berisi Om Neo itu sebagai kartun. Misalnya saja Kompas dengan rubrik TTS & Kartun. Kata "kartun" dipakai untuk mewakili semua jenis kartun yang bermuatan atau bersifat "kritis" (mengkritik) karena terkait dengan fungsi media sebagai kontrol sosial (social control).
"Perusakan" yang bukan akibat operasi plastik ini terutama dan terpenting untuk memancing senyuman para penikmatnya. Senyuman yang bagaimana itu?
Nah, kalau masuk ke ranah "senyuman yang bagaimana", tentu saja "perusakan" cenderung "ditunggangi" oleh "kepentingan" seseorang atau sekian orang sehingga memunculkan beragam kartun yang tidak sekadar memancing senyuman. Senyuman yang biasa bahkan bisa memuai menjadi tawa lepas, ataukah senyuman yang aduhai?
"Senyuman yang bagaimana" itu kemudian memunculkan ragam kartun. Kartun humor (gag cartoon) yang murni untuk berlucu-lucuan tanpa tendensi.
Kartun editorial (editorial cartoon) merupakan bahasa lain dari tajuk rencana alias mewakili suara (opini) redaksional. Kartun opini (opinion cartoon) yang memuat pendapat (opini) terhadap realitas. Kartun politik (political cartoon) menitikberatkan pada politik. Kartun sosial (social cartoon) mengangkat masalah-masalah sosial. Kartun moral yang mengungkapkan persoalan moral. Kartun animasi adalah kartun bisa bergerak. Kartun komik adalah kartun yang memiliki kotak-kotak (panel) dan alur cerita. Kartun ilustrasi adalah kartun yang terkait dengan sebuah berita atau tulisan. Dan lain sebagainya.
Karikatur pun merupakan bagian dari kartun. Titik beratnya, ya, tadi sudah tertulis, yaitu melebih-lebihkan ciri khas dengan wajah yang dikenal. Ciri khas bisa berupa hobi, pakaian atau atribut tertentu, dan lain-lain.
Contohnya yang mudah, ya, lihat saja di harian Kompas. Dulu, Om Pasikom ciptaan G. M. Sudarta (berpulang pada 30 Juni 2018) merupakan kartun editorial.
Sementara kartun-kartun lainnya yang muncul pada edisi Minggu di rubrik TTS & Kartun (hlm. 14, 16/9), yaitu Panji Koming, Timun, Sukribo, Konpopilan, dan Mice masuk dalam kategori kartun komik, ataupun kartun opini. Kartun ilustrasi , biasanya, dibuat oleh Lim Bun Cay (LBC).
Kembali ke Om Neo dalam rubrik "Karikatur". Di situ Om Neo tidak menampilkan "ciri khas dan wajah yang dikenal" jika dikaitkan dengan tokoh yang sedang menjadi topik, semisal VDL. Di samping itu, Om Neo menampilkan cerita beserta balon kata yang bertujuan untuk mengkritik.
Mungkin Om Neo berjenis kartun opini karena selalu suntuk beropini dalam dialog. Agak rancu jika melihat Om Neo berkotak-kotak (berpanel-panel). Mungkin, dengan berpanel-panel Om Neo berjenis kartun komik.
Apakah Om Neo berjenis kartun komik, jika penampilannya dengan topik atau judul yang selalu sama dengan kolom Editorial pada hari-hari sebelumnya?
Kalau Om Neo  berjenis komik editorial, bagaimana? Komik editorial? Iya, itu pun dari komentar Jitet Koestana, "Kalau lihat gambarnya, Komik Editorial."Â
Sementara, sekali lagi, kolom Editorial berada di hlm.4, dan hari-hari sebelumnya. Om Neo berada di hlm. 12, dan hanya edisi Minggu. Tentu saja hlm. 4 berselisih cukup jauh dengan hlm. 12.
Kalau posisinya berdampingan dengan kolom Editorial dan topik  atau judul serinya tidak berhubungan dengan judul editorial, mungkin pas jenisnya "Komik Ediotrial". Ah, masak, sih, komik editorial yang bisa sama judul begitu? Masak juga, sih, kolom Editorial sebaiknya dipindah ke edisi Minggu dan hlm. 4?
Mungkin jenis Om Neo masih perlu dipikirkan lebih lanjut. Lantas, bagaimana dengan penamaan rubriknya?
Kalau seperti Kompas, ya, "Kartun" bisa dipakai sebagai fungsi kontrol sosial. Tetapi kartun-kartun di Kompas edisi Minggu dalam rubrik TTS & Kartun tidak terkait dengan Editorial (Tajuk Rencana). Berbeda dengan Om Neo yang berjudul sama dengan kolom Editorial.
Kalau rubriknya bernama "Kartun Editorial", agak janggal juga. Pasalnya, posisinya bukan di halaman editorial, dan muncul di edisi Minggu. Selain itu, kartun editorial tidaklah "wajib" menampilkan kritik yang panjang-lebar-tinggi dalam balon kata (dialog/obrolan), bahkan bisa saja malah sekali-sekali tanpa balon kata.
Nah, bagaimana kalau rubriknya bernama "Kartun Opini"?
Sekilas pas, mengingat Om Neo selalu menampilkan opini-opini berdasarkan topik-topiknya. Hanya saja, masalahnya ialah kesamaan judul dengan tulisan di kolom Editorial.
Lumayan membingungkan, rupanya. Rubriknya "Karikatur" tapi tidak ada wajah khas tokoh tertentu. "Kartun Editorial" tapi posisi dan waktu tampilnya tidak pas. "Kartun Opini" tapi judul topik-topiknya berasal dari kolom Editorial.
Jadi, apakah nama yang tepat untuk rubriknya agar Om Neo bisa lebih leluasa memainkan perannya dalam satu lembar halaman utuh itu?
Mungkin jawaban untuk jenis dan nama rubriknya bisa diperoleh setelah menyeruput kopi bajawa dan melahap roti manggarai. Aduhai sekali rasanya!
*****
 Kupang, 11 Oktober 2018