Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Om Neo Berjenis Karikatur, Kartun Opini ataukah Kartun Editorial?

11 Oktober 2018   17:52 Diperbarui: 14 Maret 2019   18:34 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karikatur merupakan salah satu nama rubrik di harian Victory News (VN)--sebuah media massa-cetak bersemboyan "Jujur & Cerdas" di NTT. Tokohnya bernama "Om Neo", yang diciptakan oleh Nelson Riberu--alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Bali.

Keunikan rubrik "Karikatur" yang muncul pada edisi Minggu itu adalah, pertama, keleluasaannya tampil dalam satu lembar (halaman). Biasanya berada di halaman 12.

Keunikan kedua, Om Neo bisa tampil dengan topik yang berbeda-beda. Biasanya empat topik.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Sekilas tentang Karikatur Om Neo

Om Neo tampil dengan karakter khas NTT, khususnya Kupang. Karakter fisik berupa wajah dengan bentuk rambut dan lekuk hidung. Karakter non-fisik berupa bahasa dalam balon kata.

Kata "neo" pada Om Neo, sekilas, seperti "baru" atau "moderen" dalam bahasa Yunani, misalnya pada istilah "Neokolonialisme", "Neokapitalisme", dan lain-lain. Atau bermakna, misalnya menikmati misteri hidup, tidak mudah dibodohi, terbuka pada kesempatan.

Dalam pergaulan orang NTT, khususnya Kupang, "neo" bisa berarti "ya, sudah", "silakan", atau "terserah".

Salah satu contoh kemunculan Om Neo dapat dilihat pada VN edisi Minggu, 16 September 2018, di hlm.12.

Topik pertama, "Membersihkan ASN". Judul topik sama dengan judul kolom Editorial pada edisi satu hari sebelumnya (hlm.4, Sabtu, 15/9).

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Di samping itu, terkait dengan dengan berita "ASN Koruptor di NTT Pasti Dipecat" (hlm. 1/muka), dimana Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VDL) mengapresiasi langkah Mendagri Tjahjo Kumolo soal pemecatan Aparatur Sipil Negara (ASN) koruptor yang masih aktif, dan menerima gaji dari negara. Sebelumnya (14/9) VN menyiarkan berita "NTT Masuk Lima Besar ASN Korup Indonesia" (hlm. 1/muka).

Topik kedua, "Imigran dan Perdagangan Manusia". Judulnya sama dengan tulisan di kolom Editorial pada dua hari sebelumnya (hlm. 4, Jumat, 14/9).

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Di samping itu, juga terkait dengan berita "Imigran bakal Direlokasi ke Pulau Ndana" pada edisi dua hari sebelumnya (Jumat, 14/9), dimana sebagian beritanya menyiarkan Gubernur VBL langsung merespons keberadaan ratusan imigran ilegal di Kota Kupang yang selalu dikeluhkan masyarakat karena membawa dampak negatif selama bertahun-tahun. Sebelumnya lagi (13/9) VN menyiarkan berita utama berjudul "Butuh Ketegasan Gubernur Atasi Dampak Sosial Migran". 

Topik ketiga, "Proyek-proyekan". Judulnya sama dengan tulisan di kolom Editorial pada lima hari sebelumnya (hlm. 4, Selasa, 11/9).

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Pada edisi Selasa (11/9) berita utamanya berjudul "Dinas PU-PR Kerja Sendiri Proyek Ikan Foti". Kemudian pada Sabtu (15/9) muncul lagi di halaman muka dengan berita "Dinas PU Berulang Kali Kerja Proyek Swakelola".

Topik keempat, "Tantangan Membangun Motivasi Membaca". 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Berbeda dengan tiga topik tadi, pada topik keempat ini tidak ada adalam judul kolom Editorial sebelumnya ataupun terkait dengan sebuah berita utama di halaman muka. Mungkin terkait dengan dua tulisan dalam rubrik Trend (hlm. 15), yaitu "Antara Pencitraan, Nyinyiran, dan Stimulasi Anak", dan "Candu Medsos Lebih Buruk dari Alkohol dan Rokok".

Nah, di situlah menariknya Om Neo sekaligus rubrik "Karikatur" yang, barangkali, tidak ada di harian-harian daerah lain ataupun harian nasional. Sekali lagi, keunikan itu adalah tampil leluasa-seutuhnya dalam satu lembar, dan berisi empat topik yang berbeda.

Karikatur

Mungkin, bagi sebagian orang, penamaan rubrik (Karikatur) itu wajar-wajar saja karena menganggap Om Neo berjenis karikatur  Atau, mau jenisnya karikatur atau rubriknya "Karikatur", yang penting gambarnya lucu. Begitu, ya?

Mungkin juga sebagian orang menganggap, karikatur adalah kartun opini, dan kartun opini adalah karikatur. Benarkah anggapan itu?

Pengertian mengenai karikatur yang mudah ditemukan oleh kalangan milenial, salah satu sumber sederhananya, ialah di Wikipedia.Com. Di situ juga tertera satu contohnya.

Sumber : Wikipedia.Com
Sumber : Wikipedia.Com
Karikatur, menurut Wikipedia, adalah gambar atau penggambaran suatu objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut. Karikatur menggambarkan subjek yang dikenal dan umumnya dimaksudkan untuk menimbulkan kelucuan bagi pihak yang mengenal subjek tersebut.

Masih menurut Wikipedia, kata "Karikatur" berasal dari kata dalam bahasa Italia, caricare, yang berarti memberi muatan atau melebih-lebihkan. Pada abad ke-18 karikatur telah menjangkau masyarakat luas melalui media cetak, dan, terutama di Inggris, telah menjadi sarana kritik sosial dan politis.

Pada abad berikutnya, masih Wikipedia, berbagai majalah satire menjadi media utama karikatur; peran yang kemudian dilanjutkan oleh surat kabar harian pada abad ke-20. Selain sebagai bentuk seni dan hiburan, karikatur juga telah digunakan dalam bidang psikologi untuk meneliti bagaimana manusia mengenali wajah.

Dari Wikipedia terdapat tiga hal penting, yaitu "melebih-lebihkan ciri khas objek", "subjek yang dikenal", dan bidang lainnya untuk "mengenali wajah". Intinya, ciri khas dan wajah yang dikenal.

Pengertian termudahnya, karikatur merupakan gambar mengenai seseorang yang telah mengalami "operasi wajah" untuk menguatkan ciri khas atau karakter seseorang tersebut sehingga orang lain semakin mengenali bahkan mengingatnya.

Amien Rais karya Toni Malakian
Amien Rais karya Toni Malakian
Penguatan ciri khas pun masih dilengkapi dengan hal-hal atau benda-benda yang semakin menguatkan pengenalan pelihat terhadap seseorang itu.

Karikatur pun tidak selalu difungsikan untuk mengkritik atau mengolok objek, subjek, atau sosok yang dikarikaturkan. Ada karikatur untuk suvenir pembicara dalam sebuah seminar, untuk hadiah ulang tahun, untuk sebuah apresiasi atau peringatan tertentu, dan seterusnya.

Nelson Mandela karya Romeo Jericho
Nelson Mandela karya Romeo Jericho
Yasser Arafat karya Jiwenk
Yasser Arafat karya Jiwenk
Jiwenk karya Armen Karikaturis Amatir
Jiwenk karya Armen Karikaturis Amatir
Kartun dan Jenis-jenisnya

Barangkali sebagian orang media massa-cetak menyebut rubrik berisi Om Neo itu sebagai kartun. Misalnya saja Kompas dengan rubrik TTS & Kartun. Kata "kartun" dipakai untuk mewakili semua jenis kartun yang bermuatan atau bersifat "kritis" (mengkritik) karena terkait dengan fungsi media sebagai kontrol sosial (social control).

Kompas edisi Minggu, 16/9/2018
Kompas edisi Minggu, 16/9/2018
Kompas berbeda dengan Jawa Pos. Di Jawa Pos, khususnya edisi Minggu, rubrik (halaman) "Senggang" dengan ruang khusus "Kartun" berisi kartun humor (gag cartoon).

Sumber : Jawa Pos
Sumber : Jawa Pos
Sebenarnya tidak semua kartun berisi atau bertujuan kritik sosial. Sebab, pengertian sederhana mengenai kartun adalah gambar mengenai obyek apa saja yang telah mengalami "perusakan" (distorsi) atas realitas yang disengaja oleh penggambarnya (kartunis).

"Perusakan" yang bukan akibat operasi plastik ini terutama dan terpenting untuk memancing senyuman para penikmatnya. Senyuman yang bagaimana itu?

Nah, kalau masuk ke ranah "senyuman yang bagaimana", tentu saja "perusakan" cenderung "ditunggangi" oleh "kepentingan" seseorang atau sekian orang sehingga memunculkan beragam kartun yang tidak sekadar memancing senyuman. Senyuman yang biasa bahkan bisa memuai menjadi tawa lepas, ataukah senyuman yang aduhai?

"Senyuman yang bagaimana" itu kemudian memunculkan ragam kartun. Kartun humor (gag cartoon) yang murni untuk berlucu-lucuan tanpa tendensi.

Kartun editorial (editorial cartoon) merupakan bahasa lain dari tajuk rencana alias mewakili suara (opini) redaksional. Kartun opini (opinion cartoon) yang memuat pendapat (opini) terhadap realitas. Kartun politik (political cartoon) menitikberatkan pada politik. Kartun sosial (social cartoon) mengangkat masalah-masalah sosial. Kartun moral yang mengungkapkan persoalan moral. Kartun animasi adalah kartun bisa bergerak. Kartun komik adalah kartun yang memiliki kotak-kotak (panel) dan alur cerita. Kartun ilustrasi adalah kartun yang terkait dengan sebuah berita atau tulisan. Dan lain sebagainya.

Karikatur pun merupakan bagian dari kartun. Titik beratnya, ya, tadi sudah tertulis, yaitu melebih-lebihkan ciri khas dengan wajah yang dikenal. Ciri khas bisa berupa hobi, pakaian atau atribut tertentu, dan lain-lain.

Contohnya yang mudah, ya, lihat saja di harian Kompas. Dulu, Om Pasikom ciptaan G. M. Sudarta (berpulang pada 30 Juni 2018) merupakan kartun editorial.

Kartun Editorial di Kompas karya G.M. Sudarta
Kartun Editorial di Kompas karya G.M. Sudarta
Dalam kartun editorial seperti yang dicontohkan oleh G.M. Sudarta, kartun opini, kartun politik, dll. bisa memuat karikatur (tokoh terkait) yang bertujuan untuk memudahkan pengamat atau pelihat menyasar pada "siapa" yang memiliki keterkaitan. Tetapi kartun editorial, kartun opini, dll. bukanlah karikatur.

Sementara kartun-kartun lainnya yang muncul pada edisi Minggu di rubrik TTS & Kartun (hlm. 14, 16/9), yaitu Panji Koming, Timun, Sukribo, Konpopilan, dan Mice masuk dalam kategori kartun komik, ataupun kartun opini. Kartun ilustrasi , biasanya, dibuat oleh Lim Bun Cay (LBC).

Kompas edisi Minggu, 16/9/2018
Kompas edisi Minggu, 16/9/2018
Di luar Kompas, beberapa harian lainnya, semisal Jawa Pos, masih memuat kartun humor (gag cartoon). Dan seterusnya.

Jawa Pos edisi Minggu, 26/8/2018
Jawa Pos edisi Minggu, 26/8/2018
Jenis Kartun Apa, dan Apakah Nama Rubriknya yang Pas untuk Om Neo?

Kembali ke Om Neo dalam rubrik "Karikatur". Di situ Om Neo tidak menampilkan "ciri khas dan wajah yang dikenal" jika dikaitkan dengan tokoh yang sedang menjadi topik, semisal VDL. Di samping itu, Om Neo menampilkan cerita beserta balon kata yang bertujuan untuk mengkritik.

Mungkin Om Neo berjenis kartun opini karena selalu suntuk beropini dalam dialog. Agak rancu jika melihat Om Neo berkotak-kotak (berpanel-panel). Mungkin, dengan berpanel-panel Om Neo berjenis kartun komik.

Apakah Om Neo berjenis kartun komik, jika penampilannya dengan topik atau judul yang selalu sama dengan kolom Editorial pada hari-hari sebelumnya?

Kalau Om Neo  berjenis komik editorial, bagaimana? Komik editorial? Iya, itu pun dari komentar Jitet Koestana, "Kalau lihat gambarnya, Komik Editorial." 

Sementara, sekali lagi, kolom Editorial berada di hlm.4, dan hari-hari sebelumnya. Om Neo berada di hlm. 12, dan hanya edisi Minggu. Tentu saja hlm. 4 berselisih cukup jauh dengan hlm. 12.

Kalau posisinya berdampingan dengan kolom Editorial dan topik  atau judul serinya tidak berhubungan dengan judul editorial, mungkin pas jenisnya "Komik Ediotrial". Ah, masak, sih, komik editorial yang bisa sama judul begitu? Masak juga, sih, kolom Editorial sebaiknya dipindah ke edisi Minggu dan hlm. 4?

Mungkin jenis Om Neo masih perlu dipikirkan lebih lanjut. Lantas, bagaimana dengan penamaan rubriknya?

Kalau seperti Kompas, ya, "Kartun" bisa dipakai sebagai fungsi kontrol sosial. Tetapi kartun-kartun di Kompas edisi Minggu dalam rubrik TTS & Kartun tidak terkait dengan Editorial (Tajuk Rencana). Berbeda dengan Om Neo yang berjudul sama dengan kolom Editorial.

Kalau rubriknya bernama "Kartun Editorial", agak janggal juga. Pasalnya, posisinya bukan di halaman editorial, dan muncul di edisi Minggu. Selain itu, kartun editorial tidaklah "wajib" menampilkan kritik yang panjang-lebar-tinggi dalam balon kata (dialog/obrolan), bahkan bisa saja malah sekali-sekali tanpa balon kata.

Nah, bagaimana kalau rubriknya bernama "Kartun Opini"?

Sekilas pas, mengingat Om Neo selalu menampilkan opini-opini berdasarkan topik-topiknya. Hanya saja, masalahnya ialah kesamaan judul dengan tulisan di kolom Editorial.

Lumayan membingungkan, rupanya. Rubriknya "Karikatur" tapi tidak ada wajah khas tokoh tertentu. "Kartun Editorial" tapi posisi dan waktu tampilnya tidak pas. "Kartun Opini" tapi judul topik-topiknya berasal dari kolom Editorial.

Jadi, apakah nama yang tepat untuk rubriknya agar Om Neo bisa lebih leluasa memainkan perannya dalam satu lembar halaman utuh itu?

Mungkin jawaban untuk jenis dan nama rubriknya bisa diperoleh setelah menyeruput kopi bajawa dan melahap roti manggarai. Aduhai sekali rasanya!

*****

 Kupang, 11 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun