Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Musamus Tubuh Kecil Jiwa Besar, Episode 19-20

20 Juli 2025   04:25 Diperbarui: 19 Juli 2025   17:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Musamus Tubuh Kecil Jiwa Besar (Dokumentasi Pribadi)

Tanda Sepakat

Mentari belum sepenuhnya menembus tirai pepohonan saat para penghuni koloni berkumpul kembali di bawah pohon besar. Akar-akar tua yang menonjol dari tanah menjadi tempat berpijak dan berteduh bagi semut, kepiting, katak, capung, dan segala makhluk kecil penghuni rawa. Udara pagi masih basah, seolah sisa embun tadi malam belum ingin pergi.

Namun pagi ini berbeda. Ada sesuatu yang lebih hangat dari cahaya matahari: semangat yang mengalir dari hati ke hati. Nyuwa, katak kecil dari tepi lumpur, telah membangunkan sesuatu yang lama tertidur---rasa bahwa mereka semua, sekecil apa pun, memiliki hak untuk bersuara dan menentukan nasib.

Musamus berdiri tegak di atas sebongkah kayu bulat yang terbawa arus beberapa musim lalu. Ia menatap semua wajah yang memandangnya: wajah kecil, wajah khawatir, wajah berharap.

"Saudara-saudari," suara Musamus menggema lembut, "hari ini kita berkumpul bukan sekadar untuk mengeluh tentang air atau mempersoalkan lumpur. Hari ini kita berdiri sebagai satu koloni. Satu rawa. Dan kita akan membuat pilihan."

Seekor capung tua bernama Nana mengepak pelan di sisi Musamus. "Apa itu berarti... kita akan melawan mereka?" tanyanya dengan suara ragu, matanya yang bening menatap ke arah kerumunan.

"Tidak melawan dengan taring dan cakar," jawab Pak Kekat, kepiting tua yang kini berdiri lebih tegak. "Tapi melawan dengan kepala, dengan rencana, dan dengan suara. Musamus ingin kita tentukan langkah bersama."

Musamus mengangguk. "Aku mengusulkan tiga hal. Pertama, kita akan mengirim regu pengintai, dipimpin oleh Larwa dan Nyuwa, ke arah timur untuk memastikan keberadaan dan niat makhluk berkaki dua. Kedua, kita akan mulai membangun jalur air alternatif, agar jika banjir datang lebih tinggi, kita punya jalan keluar. Dan ketiga---"

Ia berhenti sejenak, memandang satu per satu makhluk kecil di hadapannya.

"Ketiga, kita akan menulis sejarah kita sendiri. Kita akan menyimpan semua kisah tentang rawa ini. Siapa kita. Apa yang kita jaga. Supaya jika kelak dunia lupa, rawa tak pernah kehilangan jiwanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun