Kedatangan Galwam
Di bawah sinar rembulan yang menerangi hutan Tanah Marind, Yamle terlelap di dalam pelukan damai malam. Tidak ada yang menyadari bahwa malam itu akan membawa bahaya yang mengintai. Sementara Yamle tidur nyenyak di bawah pohon besar, dua sosok gelap bergerak cepat melalui hutan, mendekati tempat Yamle berada.
Galwam, seorang lelaki berwajah licik dengan mata penuh ambisi, memimpin perjalanan itu. Di sampingnya, beberapa pembantunya mengikutinya dengan cermat. Mereka berhenti sejenak di dekat semak-semak, memandang ke arah Yamle yang terlelap.
"Ini dia, Galwam," bisik salah satu pembantunya. "Kita harus bergerak cepat sebelum ada yang menyadari kehadiran kita."
Galwam mengangguk, matanya tidak pernah lepas dari Yamle. "Ingat, jangan ada suara. Kita harus membawa Yamle tanpa meninggalkan jejak."
Dengan hati-hati, mereka mendekati Yamle. Dalam sekejap, Galwam menutupi mulut Yamle dengan tangan kuatnya, mencegahnya berteriak. Yamle terbangun dalam keadaan panik, matanya yang cemerlang bersinar dalam kegelapan.
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" Yamle berusaha memberontak, tetapi tenaganya kalah kuat.
Galwam tersenyum sinis. "Tenanglah, Yamle. Aku hanya membutuhkan sedikit bantuanmu. Kau akan aman selama kau menurut."
Pembantu-pembantu Galwam segera mengikat Yamle dan membawanya pergi. Mereka bergerak cepat melalui hutan, menuju tempat persembunyian mereka. Yamle hanya bisa pasrah, hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi padanya.
Sementara itu, di pondok kecil di tengah hutan, Wakati dan Dabu terbangun oleh firasat buruk. Wakati segera menyadari bahwa Yamle tidak ada di tempat tidur.