Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Lembar ke Lembar: Rahasia Memperkaya Kosakata untuk Tulisan yang Berdaya Pikat

8 Maret 2025   04:30 Diperbarui: 8 Maret 2025   05:26 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Ada kata-kata yang sekadar tersusun, tetapi ada pula yang menyalakan nyala dalam jiwa." Kutipan ini mengingatkan saya pada pertama kali jatuh cinta pada tulisan, ketika sebuah cerita menggugah saya bukan karena alurnya yang rumit, melainkan pilihan katanya yang indah. Kata-kata itu bukan hanya menyampaikan makna, tetapi juga menggugah perasaan, membentuk imajinasi, bahkan menetap dalam ingatan lebih lama dari yang saya bayangkan. Sejak saat itu, membaca bukan sekadar hiburan, melainkan perjalanan menuju kekayaan bahasa---memperkenalkan kata-kata baru, memperdalam nuansa makna, dan membuka cara-cara unik mengolah bahasa. Semakin banyak saya membaca, semakin luas perbendaharaan kata yang saya miliki, hingga kata-kata yang dulu asing perlahan meresap ke dalam tulisan saya sendiri. Refleksi ini akan mengulas bagaimana membaca tidak hanya memperkenalkan kosakata baru, tetapi juga mengajarkan penggunaannya dengan tepat dan memikat, membentuk kita menjadi penulis yang lebih matang.

Membaca sebagai Ladang Kosakata

Membaca adalah gerbang yang membawa kita ke dalam dunia kata-kata yang luas dan tak terbatas. Setiap lembar yang kita selami adalah ladang subur tempat kosakata baru tumbuh dan berkembang. Kata-kata yang mungkin tak pernah kita temui dalam percakapan sehari-hari, tersembunyi di antara baris-baris novel sastra, artikel ilmiah, atau bait-bait puisi, menanti untuk ditemukan dan dipahami.

Eksposur terhadap keanekaragaman kata: Setiap jenis bacaan menghadirkan dunia kosakata yang berbeda. Novel sastra, misalnya, seringkali menghadirkan diksi yang kaya dan metaforis, menggambarkan emosi dan suasana dengan detail yang mendalam. Sementara itu, artikel ilmiah memperkenalkan istilah-istilah teknis yang presisi dan padat makna, mengajarkan ketepatan dalam penggunaan bahasa. Di sisi lain, puisi menawarkan kata-kata yang bermain dengan irama dan makna, memampatkan gagasan dalam diksi yang padat namun penuh daya pukau. 

Eksposur terhadap berbagai jenis teks ini melatih seorang penulis untuk mengenali pilihan kata yang tepat sesuai dengan konteks tulisan. Sebuah kata yang mungkin terdengar biasa dalam percakapan sehari-hari, bisa menjadi begitu berdaya dalam sebuah paragraf sastra atau memiliki definisi yang spesifik dalam sebuah jurnal akademik. Membaca memberikan kesempatan untuk memperkaya perbendaharaan kata dengan cara yang alami, tanpa harus menghafalnya secara kaku.

Memahami konteks dan nuansa makna: Kata-kata tidak berdiri sendiri; mereka berkelindan dengan konteks dan membawa nuansa makna yang berbeda-beda. Ambil contoh kata ringan. Dalam sebuah novel romantis, ringan bisa digunakan untuk menggambarkan senyuman yang lembut dan penuh kehangatan: Ia menyambutku dengan senyum ringan yang nyaris seperti angin pagi. Namun, dalam sebuah artikel kesehatan, ringan bisa merujuk pada tingkat keparahan penyakit: Gejala yang dialami pasien masih tergolong ringan dan dapat ditangani dengan perawatan mandiri

Membaca memperkenalkan kita pada bagaimana kata-kata yang sama dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteksnya. Dari satu teks ke teks lainnya, kita belajar mengenali perbedaan halus dalam penggunaannya---membedakan sinonim yang sekilas mirip, tetapi memiliki nuansa emosi yang berlainan, atau memahami kapan sebuah kata bisa memperkuat makna dan kapan ia justru melemahkan pesan yang ingin disampaikan. 

Transformasi Kosakata dalam Proses Menulis

Membaca memang memperkenalkan kita pada dunia kata-kata yang kaya dan beragam, tetapi kata-kata itu baru benar-benar menjadi milik kita ketika kita menggunakannya dalam tulisan. Kosakata yang luas bukan sekadar kumpulan istilah yang tersimpan dalam ingatan, tetapi juga alat yang membentuk ekspresi dan kekuatan narasi. Dari sekadar menyerap hingga menerapkannya secara aktif, inilah bagaimana kosakata mengalami transformasi dalam proses menulis. 

Dari pasif ke aktif: Menerapkan kosakata dalam tulisan. Sering, kita menemukan kata-kata baru yang menarik dalam bacaan, tetapi jika hanya sekadar dikenali tanpa pernah digunakan, kata-kata itu akan menguap begitu saja. Oleh karena itu, mencatat kosakata yang unik dan mencoba menggunakannya dalam berbagai bentuk tulisan adalah cara terbaik untuk mengubahnya dari pasif menjadi aktif.

Seorang penulis yang ingin memperkaya tulisannya dapat mempraktikkan strategi sederhana: menulis ulang sebuah kalimat dengan variasi kata yang berbeda, memasukkan kata-kata baru dalam esai atau cerita pendek, atau bahkan membuat jurnal refleksi yang sengaja memanfaatkan kosakata yang baru dipelajari. Dengan latihan yang berulang, kata-kata tersebut akan tertanam dalam ingatan, siap digunakan secara alami dalam berbagai konteks tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun