Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengungkap Makna 'Historia Magistra Vitae Est' dan Relevansinya Kini dan Masa Depan

25 Mei 2024   07:11 Diperbarui: 25 Mei 2024   07:13 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pepatah Latin historia magistra vitae est 'sejarah adalah guru kehidupan' menggambarkan pentingnya peran sejarah dalam memberikan panduan bagi tantangan masa kini dan masa depan. Berasal dari karya-karya Marcus Tullius Cicero (seorang orator, filsuf, dan negarawan Romawi yang hidup pada abad pertama SM), pepatah ini menekankan pentingnya belajar dari kesalahan dan keberhasilan masa lalu untuk mengidentifikasi pola yang dapat diterapkan dalam kehidupan sekarang. Studi sejarah memberikan wawasan tentang aspek kehidupan manusia dan pelajaran berharga tentang kepemimpinan, etika, dan moralitas.

Banyak tantangan global, seperti perubahan iklim, konflik antarbangsa, dan perkembangan teknologi dan akibatanya, membutuhkan pendekatan yang lebih strategis. Belajar sejarah, antara lain untuk mengatasi tantangan global dan mengembangkan solusi kritis dan kreatif. Selain itu, kita dapat menghindari kesalahan yang sama, mengambil inspirasi dari inovasi sebelumnya, dan mengembangkan solusi yang lebih efektif dan efisien. Belajar sejarah bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik, bijaksana, dan berkelanjutan.

Sejarah sebagai Guru Kehidupan

Sejarah berperan penting sebagai sumber pengetahuan dan pelajaran berharga. Melalui sejarah, kita memahami perkembangan masyarakat, budaya, dan peradaban. Sejarah memberikan konteks bagi fenomena sosial, politik, dan ekonomi saat ini. Dalam What is History, sejarawan E.H. Carr (1961) menyatakan: "Sejarah adalah dialog tanpa akhir antara masa kini dan masa lalu."

Peristiwa Perang Dunia II mengubah peta politik dunia, mendorong perkembangan teknologi, mempercepat dekolonisasi, dan membentuk institusi internasional seperti PBB. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948) yang dibentuk  di Amerika Serikat pasca-perang tetap relevan hingga kini.

Peristiwa 1965 di Indonesia mengajarkan pentingnya rekonsiliasi nasional dan penghormatan hak asasi manusia. Gerakan reformasi 1998 yang menggulingkan rezim Orde Baru menunjukkan pentingnya partisipasi aktif masyarakat mempertahankan demokrasi serta mencegah korupsi dan otoritarianisme.


Memahami sejarah adalah kunci untuk menghindari pengulangan kesalahan masa lalu. George Santayana (1905) menyatakan: "Mereka yang tidak dapat mengingat masa lalu dikutuk untuk mengulanginya." Hal ini, berarti belajar sejarah penting untuk membuat keputusan lebih bijaksana di masa depan. Misalnya, kebijakan ekonomi yang gagal selama Depresi Besar (1930-an), mengajarkan pentingnya respons proaktif dan terkoordinasi terhadap krisis, seperti yang diterapkan saat krisis finansial 2008 dan pandemi COVID-19.

Sejarah sebagai Cerminan Masa Kini

Sejarah membantu kita memahami perkembangan kondisi sosial, politik, dan budaya saat ini. Dengan menganalisis peristiwa masa lalu, kita memahami asal-usul struktur sosial, dinamika politik, dan perkembangan budaya yang membentuk masyarakat sekarang. Sejarawan John Tosh (2010) dalam The Pursuit of History menyatakan, "Sejarah memberikan perspektif tentang bagaimana hal-hal datang untuk menjadi apa adanya."  Misalnya, perjuangan hak-hak sipil di Amerika Serikat (1960-an) masih bergema dalam gerakan sosial kontemporer seperti Black Lives Matter. Hal ini menunjukkan, isu ketidakadilan rasial tetap relevan dan memengaruhi politik serta kesadaran sosial kini.

Sejarah korupsi di Indonesia, terutama era Orde Baru, mencerminkan kondisi masa kini. Praktik korupsi yang meluas saat itu menyebabkan ketidakadilan sosial dan ekonomi. Reformasi 1998 dan pembentukan KPK (2002) menunjukkan upaya pemberantasan korupsi yang masih relevan hingga saat ini.

Memahami sejarah adalah kunci untuk menjadi individu yang lebih sadar dan terlibat dalam masyarakat. Sejarah memberikan konteks untuk isu-isu kini dan membantu pemahaman lebih mendalam tentang berbagai perspektif. Sejarawan David McCullough (1992) dalam Brave Companions: Portraits in History, menekankan: "Sejarah bukan hanya tentang masa lalu. Ini adalah tentang kita dan tentang siapa kita dan mengapa kita adalah seperti kita sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun