Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Merauke. Selain buku nonfiksi, menulis narasi, cerpen, yang termuat di Zahir Publishing Yogyakarta dan beberapa penerbit lainnya; menulis esai/artikel di media online Surya Papua. Kecuali bidang filsafat, bahasa dan sastra, berminat dalam bidang pendidikan, baik formal maupun nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tenunan Tradisional, Simbol Martabat Perempuan dalam Masyarakat Atadei Kabupaten Lembata

29 April 2024   05:24 Diperbarui: 30 April 2024   08:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Yosefina Ure Pukan (14) atau akrab disapa Oce Pukan memukau banyak orang saat pergelaran Eksplorasi Budaya Lembata Kecamatan Nagawutung di desa Labalimut, Rabu, 23 Februari 2022. (Pos-Kupang.com/Ricko Wawo)

Pertama, pelibatan generasi muda. 

Salah satu tantangan utama adalah memastikan regenerasi para penenun sarung di masa depan. Diperlukan upaya untuk melibatkan generasi muda, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan keterampilan khusus. Dengan demikian, keterampilan tenun sarung dapat terus diturunkan dari generasi ke generasi.

Kedua, pelatihan dan pengembangan keterampilan. 

Pemerintah daerah dan lembaga terkait dapat mengadakan program pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi para penenun sarung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk, diversifikasi motif dan corak, serta mengadopsi teknologi modern yang dapat membantu mempercepat proses produksi.

Ketiga, pemasaran dan promosi. 

Diperlukan upaya pemasaran dan promosi yang lebih efektif untuk meningkatkan permintaan dan nilai jual sarung tenun Atadei. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan produk dalam pameran kerajinan lokal maupun nasional, serta memanfaatkan platform online dan media sosial untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Keempat, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. 

Motif dan corak sarung tenun Atadei merupakan warisan budaya yang perlu dilindungi. Pemerintah daerah dapat membantu para penenun dalam mendaftarkan hak kekayaan intelektual (HKI) atas motif dan corak tersebut, sehingga tidak dapat dieksploitasi secara ilegal oleh pihak lain.

Kelima, pengembangan desa wisata tenun. 

Menciptakan desa wisata tenun dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan sarung tenun, berinteraksi dengan para penenun, dan membeli produk secara langsung.

Keenam, dukungan pemerintah dan lembaga terkait. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun