Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Merauke. Selain buku nonfiksi, menulis narasi, cerpen, yang termuat di Zahir Publishing Yogyakarta dan beberapa penerbit lainnya; menulis esai/artikel di media online Surya Papua. Kecuali bidang filsafat, bahasa dan sastra, berminat dalam bidang pendidikan, baik formal maupun nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tenunan Tradisional, Simbol Martabat Perempuan dalam Masyarakat Atadei Kabupaten Lembata

29 April 2024   05:24 Diperbarui: 30 April 2024   08:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Yosefina Ure Pukan (14) atau akrab disapa Oce Pukan memukau banyak orang saat pergelaran Eksplorasi Budaya Lembata Kecamatan Nagawutung di desa Labalimut, Rabu, 23 Februari 2022. (Pos-Kupang.com/Ricko Wawo)

Ketiga, pemintalan benang. 

Serat kapas yang sudah bersih kemudian dipintal menjadi benang menggunakan alat-alat tradisional, bukan mesin. Proses pemintalan membutuhkan keterampilan khusus dan ketelitian untuk mendapatkan benang yang kuat dan seragam.

Keempat, pembuatan pola dan pengikatan.

Setelah benang dipintal, langkah selanjutnya menyiapkan pola dan melakukan pengikatan untuk menentukan motif yang akan dihasilkan dalam tenunan (mowak). Pengikatan benang ini dilakukan dengan tangan menggunakan teknik ikat tertentu, dan disesuaikan dengan motif yang telah menjadi tradisi turun-temurunkan.

Kelima, pewarnaan benang.

Setelah benang diikat sesuai dengan pola, langkah berikutnya adalah pewarnaan. Pewarnaan tradisional sering menggunakan bahan alami seperti tanaman (taum) dan akar mengkudu (klore) untuk menghasilkan warna-warni yang alami dan tahan lama.

Keenam, proses tenun. 

Setelah benang-benang diikat dan diwarnai, dimulai proses tenun menggunakan alat sederhana. Proses tenun ini membutuhkan keahlian khusus untuk menghasilkan kain dengan motif yang sesuai dengan pola yang telah diikat sebelumnya.

Ketujuh, penyelesaian dan finishing.

Setelah proses tenun selesai, kain yang telah jadi diolah lebih lanjut untuk mendapatkan hasil akhir yang berkualitas. Ini termasuk pemotongan ujung kain (kecuali tenunan sarung untuk adat perkawinan, petek hare), pembuatan pinggiran, dan proses finishing lainnya sesuai dengan tradisi lokal.

Makna Sosial dan Budaya

Kerajinan tenun bagi seorang perempuan memiliki makna sosial dan budaya dalam konteks masyarakat Atadei. Berikut, beberapa makna sosial dan budaya dari kerajinan menenun bagi seorang perempuan Atadei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun