Mohon tunggu...
Agustinus Marjito
Agustinus Marjito Mohon Tunggu... Pendidikan usia dini dan pendidikan dasar dan memiliki peran sangat penting bagi perkembangan generasi muda di kemudian hari

Praktisi pendidikan Dasar di Yogyakarta sekarang tinggal di Belanda. Menempuh pendidikan di De Lasalle University Manila, The Philipine dengan fokus Pendidikan Dasar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perlukah kita mengkhawatirkan skills literasi dan numerasi kita saat ini?

5 Oktober 2025   03:18 Diperbarui: 5 Oktober 2025   03:33 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah banyak berseliweran di media sosial maupun dalam berita-berita elektronik yang menayangkan fenomena-fenomena rapuhnya pondasi pendidikan kita saat ini. Banyak anak-anak usia SMP dan bahkan SMA belum lancar membaca atau bahkan tidak bisa membaca. Banyak sekali video-video menayangkan wawancara kepada anak-anak usia tersebut yang tidak bisa melakukan hitungan sederhana. 

Belum lagi juga dari data yang dirilis Indonesian Development Forum (IDF) 2019, mengatakan bahwa kualitas literasi lulusan sarjana Indonesia berada di bawah kemampuan lulusan SMA di Denmark. Data lain dari  laporan, "The Need for a Pivot to Learning: New Data on Adult Skills from Indonesia" bahwa orang muda di Jakarta usia 25-26 tahun yang disurveynya, memiliki kemampuan literasi di bawah lulusan anak-anak SMP di Denmark (https://news.unismuh.ac.id). Pendidik muda, "Cannia Citta dalam kanal video Malaka" menyampaikan bahwa hal ini menjadi hal yang sangat serius dan memelukan aksi untuk memperbaiki keroposnya bangunan pendidikan kita. 


Data-data di atas, merupakan fenomena-fenomena gunung es persoalan pendidikan yang kita miliki di Indonesia. Rendahnya  kemampuan literasi dan numerasi yang kita alami dengan generasi muda kita, tentu bukan sepenuhnya ketidakmampuan generasi muda kita dalam belajar. Namun demikian ketidakmampuan ini merupakan kulminasi dari hal-hal atau kondisi yang lain yang menyebabkan kemampuan mereka tidak dapat berkembang dengan maksimal.

Level pendidikan di bedakan menjadi level 1 (poor), level 2(fair), level 3 (good), level 4 (great), level 5(excellent). Dari data-data yang ada pendidikan kita berada di level 1 (poor). Maka tidak bisa kita menjiplak pelatihan dan kurikulum yang diambil dari negara-negara yang sudah berada di level di atas kita. Kurikulum dan pelatihan harus sesuai dengan level saat ini supaya menjadi dasar untuk maju ke level berikutnya.

Pertama, saya meyakini bahwa semua anak Indonesia dikaruniai kecerdasan yang cukup, dan dapat dikembangkan dengan dukungan kompetensi yang baik dari para pendidiknya. Ketika kompetensi para pendidik dewasa di sekitarnya baik dan mampu menyampaikan kompetensi tersebut kepada anak-anak kita, besar kemungkinan kompetensi literasi dan numerasi anak-anak juga berkembang dengan baik. 

Saya setuju dengan pendapat Sdri Cannia Citta, diperlukan dukungan pengembangan kompetensi para pendidik kita. Menurut saya pendidik di tingkat pendidikan dasar sangat urgen mendapatkan perhatian pengembangan kompetensi yang baik. Dengan dukungan sistem yang baik dan pengukuran kompetensi yang lebih baik bagi para pendidik, besar kemungkinan dapat meningkatkan kompetensi para pendidik kita, sehingga mereka akan mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi di kelas-kelas bersama anak-anak. Pondasi literasi dan numerasi yang kuat di pendidikan dasar menentukan kemampuan literasi dan numerasi di tingkat di atasnya.

Yang kedua, pentingnya adanya alat ukur yang baik dan dilakukan oleh lembaga mandiri guna mengukur kompetensi yang diharapkan. Transparansi dalam evaluasi dan konsistensi alat ukur dengan kompetensi yang mau di ukur harus sesuai. Misalnya jika kita ingin mengukur kemampuan komunikasi berbahasa Inggris di tingkat SMP kita bisa menggunakan alat ukur tes berstandar internasional seperti TOEIC. 

Alat evaluasi untuk mengukur kompetensi guru juga diperlukan, agar setiap saat guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Informasi ini juga bermanfaat bagi penanggung jawab pengembangan kompetensi guru untuk mengambil keputusan mengenai pelatihan dan peningkatan kompetensi yang diperlukan. Pengukuran kompetensi pendidik menjadi hal yang penting di sini.

Dukungan-dukungan ini mendorong terciptanya iklim yang baik guna meningkatkan ketrampilan literasi dan numerasi generasi muda kita saat ini dan kedepan. Sekali lagi, sangat penting memperkuat kompetensi pendidik kita dalam ketrampilan literasi dan numerasi serta penguasaan cara menyampaikannya kepada anak-anak secara tepat. Metode disesuaikan dengan kemampuan peserta didik yang dihadapi. Semoga...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun