Sejak tanggal 30 Agustus pesan "Ayo jaga Jogja bebarengan" disertai tagar #KabehSedulur #JogjaAdemAyem #JagaJogjaIstimewa  berseliweran di linimasa. Demikian pula di beberapa WAG yang saya ikuti, banyak yang berbagi poster terkait informasi jadwal demonstrasi. Banyak pula teman saya yang memasang poster tersebut sebagai story WA.
Tak lama kemudian anak saya menginformasikan kalau mulai tanggal 1-4 September kuliah daring. Menyusul informasi dari para tetangga kalau pada kurun waktu yang sama, anak-anak mereka yang masih TK hingga SMA/SMK pun sekolah daring.
Saya bertanya-tanya. Apakah situasi memang segawat itu? Sampai harus meliburkan kuliah dan sekolah.
Lalu jelang Isya, saya menerima pesan WA dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Isinya pemberitahuan bahwa saya terpilih sebagai peserta Walking Tour Babad Siti Kemantren #3 yang akan dilangsungkan keesokan harinya, yaitu tanggal 1 September. Disusul dimasukkannya nomor kontak WA saya ke WAG koordinasi.
Dalam kondisi biasa, pemberitahuan serupa itu sangat bikin hepi. Akan tetapi, pada malam itu saya justru galau gara-gara terpilih ikut kegiatan. Betapa tidak?
Bukannya cemas dan takut yang sampai overthinking. Saya cuma kepikiran satu hal, yaitu transportasi. Transportasi dalam rangkaian acara dijamin aman karena naik bus dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Yang bikin galau adalah transportasi dari rumah ke Titik Kumpul dan sebaliknya.
Bisakah saya pergi dan pulang dari acara Walking Tour Babad Siti Kemantren #3 dengan transportasi umum? Ojek daring beroperasi atau tidak? Kalau tidak ada bagaimana? Astaganaga banget jika harus berjalan kaki.
Setelah memohon petunjuk dari Allah Yang Maha Menunjukkan, saat dini hari saya baru mantap menulis *bisa hadir* di WAG koordinasi. Konsekuensinya, kurang lebih pukul setengah tujuh saya sudah tiba di Titik Kumpul.
Namun, sampai pukul tujuh tiba peserta yang datang baru segelintir. Sementara mestinya ada 20 orang. Usut punya usut, 12 orang membatalkan keikutsertaan mereka dalam tur Babad Siti Kemantren #3.
Domisili mereka di wilayah utara sehingga riskan terhalang massa demonstran. Bisa dimaklumi. Sementara kami yang bisa tetap ikut merupakan warga Yogyakarta selatan. Kebetulan Titik Kumpul di daerah selatan juga.